Senin 30 Aug 2021 21:15 WIB

KH Chudlori, Ulama Rendah Hati dan Bersahaja (II)

Pada 1940, KH Chudlori timbul keinginan dalam dirinya untuk mendirikan pesantren.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Pesantren API Tegalrejo
Foto: Tangkapan Layar
Pesantren API Tegalrejo

IHRAM.CO.ID, Pada 1940, KH Chudlori timbul keinginan dalam dirinya untuk mendirikan pesantren sendiri. Sebab, ia ingin mengajarkan ilmu-ilmu agama di kampung halamannya sekaligus memperkuat geliat syiar Islam.

Kiai Chudlori kerap melakukan mujahadah setiap malam Jumat. Di samping itu, ia juga menyampaikan keinginannya untuk mendirikan pesantren kepada mertuanya. Kiai Dal har ternyata setuju dan mendukung rencana tersebut.

Baca Juga

Begitu kembali ke Tegalrejo, Kiai Chudlori mulai merealisasikan visinya. Akhirnya berdirilah Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, tepatnya pada 15 September 1944. Pada awalnya, santri yang menuntut ilmu di sana hanya delapan orang. Namun, seiring berjalannya waktu jumlah peserta didik terus bertambah hingga mencapai ribuan orang.

Kiai Chudlori pada awalnya mendirikan pesantren di Tegalrejo tanpa memberikan nama, sebagaimana layaknya pondok-pondok pesantren lain. Namun, setelah mendapatkan saran dan usulan dari rekan seperjuangannya, pada 1947 ditetapkanlah nama Asrama Perguruan Islam (API) itu.

Dengan pesantren ini, dirinya berharap agar para santri kelak dapat menjadi pencerah di tengah umat dan masyarakat. Harapannya, santri-santrinya itu bagaikan api yang menerangi kehidupan di tengah pelbagai tantangan zaman.

Salah satu latar pendirian pesantren tersebut adalah semangat jihad yang dimiliki Kiai Chudlori. Apalagi, kondisi masyarakat Tegalrejo pada saat itu masih diwarnai berbagai penyimpangan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement