Kamis 02 Sep 2021 05:36 WIB

Saudi Perangi Limbah

Pengelolaan limbah telah menjadi kebutuhan penting bagi Arab Saudi.

Rep: Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
Sampah botol minuman kemasan berserakan di sekitar Gunung Uhud, Madinah, Arab Saudi
Foto: Republika/Ani Nursalikah
Sampah botol minuman kemasan berserakan di sekitar Gunung Uhud, Madinah, Arab Saudi

IHRAM.CO.ID, RIYADH -- Seiring dengan pesatnya industrialisasi, pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan urbanisasi yang cepat telah menyebabkan meningkatnya limbah dan polusi. Pengelolaan limbah telah menjadi kebutuhan penting bagi Arab Saudi. Lebih dari 106 juta ton limbah diperkirakan akan diolah pada 2035.

Arab Saudi telah mengambil langkah-langkah serius untuk meningkatkan daur ulang dan pengelolaan limbah di negaranya, yang merupakan rumah bagi lebih dari 34 juta penduduk. Kabinet Saudi baru-baru ini menyetujui sistem pengelolaan limbah. Rincian tentang sistem akan diumumkan dalam waktu kurang dari dua bulan. Pengumuman itu juga akan mengungkapkan apakah biaya pengelolaan sampah akan dikenakan kepada masyarakat.

Abdullah Faisal Al-Sibai, CEO MWAN, Pusat Pengelolaan Sampah Nasional, mengatakan bahwa visi mereka berasal dari Visi Saudi 2030 dalam melindungi dan melestarikan lingkungan secara umum seiring dengan peningkatan pengelolaan sampah.

“Visi Saudi 2030 menekankan bekerja pada pengurangan polusi dengan meningkatkan efisiensi pengelolaan limbah dan mengurangi semua jenis polusi. Untuk itu, kami membangun proyek terpadu untuk daur ulang sampah," katanya dilansir dari Arab News, Rabu (1/9).

Al-Sibai juga mengatakan sektor pengelolaan limbah setiap tahun akan menyumbang jumlah yang diperkirakan hampir 120 miliar riyal Saudi (32 miliar USD) untuk produk domestik bruto nasional pada 2035.

“Sektor pengelolaan limbah diharapkan menghasilkan 77 ribu kesempatan kerja pada tahun yang sama,” ujarnya.

Al-Sibai melanjutkan, degradasi lingkungan yang disebabkan oleh limbah padat pada 2021 diperkirakan mencapai 1,3 miliar USD. Arab Saudi kata dia, menghasilkan sekitar 53 juta ton limbah setiap tahun, dan jumlah tersebut pasti dapat meningkatkan pencemaran tanah dan pencemaran air tanah.

"Dan ini akan berpengaruh terhadap satwa liar dan lingkungan air laut dan pantai negara itu," terangnya.

Menyoroti jumlah sampah yang dapat didaur ulang dan cara optimal untuk membuang sampah yang tidak dapat didaur ulang, Al-Sibai mengatakan bahwa pusat tersebut berupaya mencapai tujuannya untuk mendaur ulang 35 persen dari semua jenis sampah pada 2035.

Untuk sampah yang tidak bisa didaur ulang, terangnya, maka diolah melalui produksi bahan bakar turunan atau produksi energi. Sedangkan sampah organik akan diubah menjadi kompos dan sampah yang tidak dapat diolah dengan aman akan berakhir di tempat pembuangan sampah.

“Untuk limbah radioaktif, itu bukan tugas pusat kami. Pusat mengatur semua jenis limbah kecuali limbah radioaktif dan militer,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement