IHRAM.CO.ID, JENEWA -- Sebuah laporan baru yang dirilis pada Rabu (1/9) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan peristiwa cuaca ekstrem telah meningkat lima kali lipat selama 50 tahun terakhir. Di sisi lain, jumlah kematian yang terkait dengan peristiwa tersebut telah menurun.
Pejabat dari badan cuaca dan iklim PBB, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), memperkenalkan laporan tersebut selama pengarahan dari kantor pusat badan tersebut di Jenewa. Dilansir dari VoA News, Kamis (2/9), laporan tersebut menunjukkan bencana yang berhubungan dengan cuaca telah terjadi rata-rata pada tingkat satu per hari selama lima dekade. Bencana menewaskan 115 orang dan menyebabkan kerugian 202 juta dolar Amerika Serikat setiap hari.
Mami Mizutori, perwakilan khusus PBB untuk pengurangan risiko bencana, mengatakan kepada wartawan bahwa dia menemukan laporan itu cukup mengkhawatirkan. Dia mencatat bahwa Juli lalu adalah Juli terpanas dalam catatan, ditandai dengan gelombang panas dan banjir di seluruh dunia.
Studi menunjukkan bahwa lebih banyak orang menderita karena peningkatan frekuensi dan intensitas peristiwa cuaca ini.
Mizutori mengatakan 31 juta orang mengungsi akibat bencana alam tahun lalu. Jumlah ini hampir melebihi jumlah pengungsi akibat konflik. Dia mengatakan rata-rata, 26 juta orang per tahun terdorong ke dalam kemiskinan oleh peristiwa cuaca ekstrem. Kini, pandemi Covid-19 menambah masalah.
“Kita hidup di dunia ini, apa yang kita sebut, dunia multi resiko dan ini menunjukkan bahwa kita benar-benar perlu berinvestasi lebih banyak dalam pengurangan dan pencegahan risiko bencana,” kata spesialis risiko bencana PBB.