Senin 06 Sep 2021 19:52 WIB

KH Muhammad Syanwani, Ulama-Pendidik Istiqamah (I)

KH Muhammad Syanwani menjalani rihlah di banyak pesantren selama 19 tahun.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Pondok Pesantren
Foto:

Pada Rabiul Awal 1371 Hijriyah atau bertepatan dengan Juni 1950 M, Syanwani membangun sebuah surau. Bangunan sederhana itu kelak menjadi cikal-bakal pesantren. Dari surau inilah Syanwani menggelar pengajian. Majelis taklim yang digelarnya secara rutin mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam kepada masyarakat. 

Keberlangsungan kajian di sana tidak terjaga. Sebab, Syanwani masih harus mondok lagi ke beberapa pesantren. Di antaranya adalah sebuah pesantren tasawuf yang diasuh Kiai Umar di Rancalang.

Selama di sana, putra daerah Banten itu menyelami dunia sufisme secara lebih aktual dan kontekstual. Dalam perjalanan kesufiannya, ia pun tetap memegang Syarah al-Hikam sebagai pedoman laku spiritualitas.

Dalam buku berjudul KH Syanwani Banten: Perjalanan Hidup Ulama Pejuang, M Hamdan Suhaemi menjelaskan, tokoh ini menjalani rihlah di banyak pesantren selama 19 tahun. Dalam rentang waktu tersebut, begitu banyak ilmu dan pengalaman diperolehnya. Barulah sesudahnya, ia kembali ke kampung halaman.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement