IHRAM.CO.ID, NAYPYITAW -- Militer Myanmar menyetujui permintaan dari negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) untuk melakukan gencatan senjata.
Dengan gencatan senjata yang dilakukan hingga akhir tahun ini, diharapkan bantuan kemanusiaan ke Myanmar dapat diberikan dengan mudah. Sejak kudeta militer terjadi di negara itu pada 1 Februari lalu, kekerasan terjadi. Ratusan orang meninggal.
Utusan Asean untuk Myanmar Erywan Yusof mengusulkan gencatan senjata melalui konferensi virtual dengan Menteri Luar Negeri Wunna Maung Lwin. Dari pembicaraan itu, militer mengatakan siap menerimanya.
“Ini bukan gencatan senjata politik. Ini adalah gencatan senjata untuk memastikan keselamatan dan keamanan para pekerja kemanusiaan dalam upaya mereka mendistribusikan bantuan dengan aman,” ujar Erywan, dalam sebuah pernyataan, dilansir The Strait Times, Senin (6/9).
Erywan mengatakan blok ASEAN dan militer tidak memiliki perbedaan pendapat sehubungan dengan gencatan senjata untuk kemanusiaan tersebut. Ia juga menyampaikan proposal secara tidak langsung kepada partai-partai yang menentang kekuasaan militer.
Erywan mengatakan ASEAN masih bernegosiasi dengan militer mengenai persyaratan kunjungan yang diharapkan dapat dilakukan olehnya sebagai utasan sebelum akhir Oktober. Ia juga telah mencari akses untuk dapat menemui pemimpin sipil, penasihat Myanmar yang saat ini ditahan oleh militer, Aung San Suu Kyi.
"Yang kami serukan saat ini adalah agar semua pihak menghentikan kekerasan, terutama dalam hal pendistribusian bantuan kemanusiaan,” kata Erywan.
Negara-negara ASEAN dan mitra dialog telah menjanjikan bantuan sebesar delapan juta dolar AS untuk Myanmar. Militer merebut kekuasaan pemerintahan di Myanmar, setelah menuduh penyimpangan dalam pemilihan yang dimenangkan olehPpartai Liga Nasional untuk Demokrasi pimpinan Suu Kyi. Pemantau internasional dan komisi pemilihan pada saat itu mengatakan tuduhan tentara itu salah.