Kampung Dagang itu terdiri atas masjid utama (surau gadang). Fungsinya tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat majelis ilmu yang diadakan sang syekh. Di depan surau gadang, terdapat kolam ikan.
Di dekatnya, berdirilah sebuah rumah gadang. Pada sekeliling surau dan rumah gadang itu, ada surau-surau kecil yang umumnya bertingkat dua. Jumlahnya mencapai 30 unit.
Surau-surau itu berfungsi sebagai pondok tempat tinggal para penuntut ilmu. Mereka disebut sebagai orang siak--sepadan dengan sebutan santri. Kaum siak itu belajar siang-malam kepada sang syekh. Pihak surau tidak memungut biaya alias gratis.
Menurut Mansur Malik, jumlah murid yang belajar pada Syekh Abdurrahman mencapai 2.000 orang. Tren peningkatan terjadi pada masa sesudah sang mubaligh. Seorang putranya yang bernama Syekh Arsyad meneruskan kepemimpinan atas lembaga itu.