Sabtu 11 Sep 2021 04:05 WIB

Wanita Tunisia di Garis Depan Hadapi Perubahan Iklim

Tunisia rentan terdampak perubahan iklim.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Agung Sasongko
Habib Bourguiba, kota Tunis, Tunisia tampak kosong saat pemberlakuan karantina wilayah untuk mencegah penyebaran Covid-19 pad 9 Mei 2021. Pemerintah menolak memberlakukan total lockdown karena faktor ekonomi. Kini, sistem kesehatannya ambruk oleh lonjakan kasus Covid-19.
Foto:

Suhu meningkat lebih cepat dari yang diperkirakan. Paris menargetkan untuk membatasi kenaikan suhu global rata-rata hingga 1,5 derajat Celcius berisiko dilanggar jika kita tidak segera bertindak.

Seperti banyak negara di kawasan Mediterania, Tunisia juga rentan terhadap krisis iklim dan guncangan cuaca seperti kenaikan suhu dan tingkat curah hujan yang bervariasi. Ditambah dengan potensi peningkatan frekuensi kejadian ekstrem.

Menurut Institut Meteorologi Nasional, musim panas ini, negara itu mencatat kenaikan suhu musiman rata-rata delapan hingga 15 derajat tergantung pada wilayahnya. Puluhan kebakaran terjadi di negara itu. 

Konsekuensi dari kenaikan suhu pada pertanian adalah bencana. Akan tetapi sumber daya genetik tanaman dapat memainkan peran penting dalam menciptakan pertanian yang lebih tahan iklim. Selama berabad-abad, petani yang miskin sumber daya telah menggunakan keragaman genetik secara cerdas untuk mengembangkan varietas yang disesuaikan dengan kondisi lingkungannya.

Bagi wanita seperti Hayet Taboui, budidaya keanekaragaman hayati adalah kunci untuk mempertahankan sistem pertanian yang tangguh, memastikan produksi makanan sehat, dan pada saat yang sama pendapatan bagi keluarga yang tinggal di taman.

"Kami tidak membeli benih hibrida, kami membuat kebun komunitas kami untuk menanam dan melindungi benih lokal kuno yang beradaptasi dengan kondisi iklim dari tahun ke tahun," kata Hayet.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement