IHRAM.CO.ID, Seperti kota-kota pelabuhan lainnya yang termasuk jalur maritim Samudra Hindia, Muscat memiliki sejarah panjang. Penelitian arkeologis menemukan, sebuah perkampungan nelayan sudah terdapat di Ras al-Hamra, Muskat, pada 6.000 tahun sebelum Masehi (SM). Selain itu, para peneliti juga mendapatkan puing-puing tembikar yang berasal dari kebudayaan kuno India di sana.
Ahli geografi Klaudius Ptolemaeus (100-170 M) mencatat, kota di pesisir Teluk Oman ini merupakan salah satu bandar perdagangan utama pada abad pertama Masehi. Imperium Sasaniyah mencaplok Muscat sejak abad ketiga. Ketika Nabi Muhammad SAW memerintah di Madinah, pengaruh bangsa Persia itu mulai memudar di sana.
Mayoritas penduduk setempat kemudian memeluk Islam sejak abad ketujuh. Mulai saat itu, kota pelabuhan seluas 273 km persegi tersebut kian berkembang. Kekhalifahan Abbasiyah mengua sainya hingga abad ke-11, tatkala suku-suku lokal bersatu untuk memaklumkan peme rintahan mandiri. Pada awal abad ke-16, Portugis dapat merebut daerah tersebut sebelum akhirnya diusir Turki Utsmaniyah 100 tahun berikutnya.
Jejak peninggalan macam-macam bangsa tersebut masih dapat dijumpai saat ini di Kota Tua Muscat. Kawasan itu berada di sebelah timur Muskat modern dan terpisahkan oleh perbukitan. Selain itu, Teluk Oman juga menjadi batas alaminya di sisi timur dan utara.
Adapun sisi barat dan selatan dibatasi tembok benteng dengan menara bundar yang dibangun pada 1625. Dahulu, sebelum listrik me ngaliri Oman, gerbang benteng tersebut selalu ditutup tiga jam setelah matahari terbenam. Para penjaga membawa lentera sebagai penerang.
Kini, Kota Tua Muscat merupakan sebuah destinasi wisata yang paling terkenal di Oman. Ada cukup banyak bangunan historis yang terdapat di dalamnya. Misalnya, Istana al- Alam, Benteng al-Mirani, Benteng al-Jalali, Museum Gerbang Muskat, Museum Bait al-Zubair, dan lain-lain. Semua itu menunjukkan keragaman budaya yang pernah mendominasi ibu kota Kesultanan Oman tersebut.