IHRAM.CO.ID, DETROIT -- Penulis Muslim keturunan Bangladesh-AS, Nargis Rahman, mengulas kisahnya tentang tragedi 9/11. Ibu tiga anak ini memulai kisahnya pada 20 tahun lalu yang saat itu dia sedang duduk di kelas 8 di Hamtramck, Michigan.
"Guru saya menyalakan televisi dan kelas kami menyaksikan serangan teror di New York saat itu terjadi. Saya tidak terbiasa dengan World Trade Center atau pentingnya apa yang terbentang di depan mata kita," jelasnya.
Belakangan dia mengetahui bahwa pembajak telah menerbangkan pesawat komersial ke menara kembar, menewaskan hampir 3.000 orang. "Bayangan orang-orang yang melarikan diri dari gedung-gedung, berlari untuk menghindari kepulan asap, masih menghantui saya,"kenangnya.
Usai serangan itu, Nargis menulis sebuah puisi berjudul, "Bersatu Kita Berdiri,". Oleh gurunya, Nargis diminta membaca dengan lantang puisi tersebut dihadapan teman-temannya di sekolah.
Beberapa hari kemudian, Nargis mengalami kejadian tidak mengeenakan. Ia dan adiknya dimaki-maki sekelompok pelajar perempuan. Sebagian dari mereka kemudian mencoba melepas hijabnya.
"Ini seperti menjadi hal yang wajar dialami Muslimah seperti saya,"kata dia.