Jumat 17 Sep 2021 17:30 WIB

Asmah Syahruni Muslimah Penggerak Perubahan (III-Habis)

sosok Asmah selalu memberi contoh baik kepada rekan-rekan dan kader seluruhnya.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Presiden Joko Widodo mengahdiri Harlah Ke-73 Muslimat NU di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Ahad (27/1).
Foto:

Peristiwa G30S/PKI membuat situasi politik kacau-balau. Ibu Asmah sering kali melakukan rapat dan menghubungi banyak tokoh untuk mencari solusi terbaik bagi bangsa dan negara. NU menghendaki agar Bung Karno saat itu ikut bertanggung jawab atas kejadian ini, tutur Ketua I Muslimat NU Sri Mulyati kepada Republika, Rabu (18/12) lalu.

Sidang Istimewa digelar pada 7-11 Maret 1967. Menurut Sri, Fraksi NU menunjuk Asmah dan Kiai Hamid Widjaja sebagai delegasi juru bicara. Pidato yang disampaikan Asmah antara lain meminta pertanggungjawaban Sukarno atas peristiwa kelabu pada 30 September 1965 itu.

Dalam penyusunan pidato tersebut ikut andil pula HM Subchan ZE. Posisi NU yang berada di garda depan merupakan kelanjutan sikap, mengusulkan adanya SI MPRS (Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) dalam forum rapat DPR-Gotong Royong sebelumnya, yang juga merupakan ide dari KH Achmad Sjaichu, cerita Sri.

Menurut Sri, sosok Asmah selalu memberi contoh baik kepada rekanrekan dan kader seluruhnya. Tokoh yang wafat pada 2014 lalu itu selalu menaruh rasa hormat kepada yang lebih tua dan mencintai kawan-kawannya yang lebih muda. Konsistensinya dalam dunia politik demi kemaslahatan agama dan bangsa pun tidak dimungkiri lagi.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement