Selasa 21 Sep 2021 22:20 WIB

KH Muhammad Nawawi Riwayat Pejuang dari Mojokerto (I)

Masyarakat lokal memanggilnya dengan sebutan Mbah Nawawi Jagalan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Ulama tempo dulu mengajar para santrinya.
Foto:

Melalui masa kecilnya, Kiai Nawawi mendapat pendidikan dasar-dasar keislaman dari ayahnya serta ustaz-ustaz di sekitar rumah. Saat menginjak usia tujuh tahun, dirinya menempuh pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) Partikelir, setingkat sekolah dasar yang dikelola pihak swasta.

Setelah itu, sang ayah mengantarkannya ke Jombang, Jawa Timur. Di sanalah dirinya memulai pengalaman sebagai seorang santri, berguru kepada pendiri Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari di Pondok Tebuireng. 

Saat akan memasuki gerbang pesantren, ayahnya berpesan kepada Nawawi agar menjadikan hidupnya berguna bagi agama dan bangsa. Pesan inilah yang selalu tertanam dalam benaknya.

Bahkan, saat dirinya memimpin pasukan Laskar Hizbullah dan Sabilillah pada 1945-1946 nasihat dari sang ayah begitu mengena. Pesan yang sama pun disampaikannya kepada seluruh anggota laskar guna menyemangati mereka.

 Selama nyantri di Tebuireng, Nawawi dikenal sebagai pembelajar yang tekun. Saat pihak pesantren meliburkan para santri menjelang bulan Ramadhan, umpamanya, putra daerah Mojokerto itu tetap tinggal di asrama.

Waktu-waktu luang diisinya dengan banyak membaca kitab-kitab. Dengan begitu, dirinya seperti mendapatkan momen ekstra untuk terus menimba ilmu-ilmu agama Islam.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement