Selasa 21 Sep 2021 22:20 WIB

KH Muhammad Nawawi Riwayat Pejuang dari Mojokerto (I)

Masyarakat lokal memanggilnya dengan sebutan Mbah Nawawi Jagalan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Ulama tempo dulu mengajar para santrinya.
Foto:

Selama bulan Ramadhan, ia juga sempat mengikuti pengajian kitab hadis shahih al-Bukhari yang digelar KH Hasyim Asy'ari. Selain itu, ia juga mengikuti kegiatan bahtsul masail atau diskusi masalah-masalah keagamaan. Alhasil, wawasan keagamaan dan kebangsaannya pun semakin luas.

Melalui forum intelektual tersebut, Nawawi muda kian menjadi sadar dan peka terhadap persoalan-persoalan di tengah masyarakat. Penduduk Nusantara kala itu masih dicengkeram penjajahan. Pemerintah kolonial tidak rela membiarkan negeri ini merdeka, bebas menentukan nasibnya sendiri. 

 

Setelah belajar di Tebuireng, Nawawi kemudian berguru pada Kiai Chozin di Pesantren Siwalan Panji, Sidoarjo. Usai itu, dirinya belajar pada Kiai Sholeh dan Kiai Zainuddin di Pesantren Mojosari, Nganjuk.

Rihlah keilmuannya pun berlanjut kepada Syaikhona Kholil di Pesantren Demangan, Bangkalan, Pulau Madura. Setidaknya, 15 tahun lamanya dirinya mengembara dari satu tempat ke tempat lain guna mencari ilmu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement