IHRAM.CO.ID, NEW YORK -- Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengklaim negaranya menjadi pihak yang disalahkan oleh Barat dengan keberhasilan Taliban menguasai Afghanistan. Padahal, dia menyatakan, Islamabad merupakan ibu kota paling menderita setelah Kabul karena bergabung dengan Washington usai peristiwa 9/11.
Khan meluncurkan narasi yang dimulai dengan pelatihan mujahidin oleh Amerika Serikat (AS) dan Pakistan selama pendudukan Soviet di Afghanistan. Namun, Pakistan dibiarkan mengambil bagian dengan jutaan pengungsi dan kelompok milisi sektarian baru ketika Soviet dan AS pergi pada 1989.
Menurut Khan AS memberikan sanksi kepada mantan mitranya setahun kemudian, tetapi kemudian menelepon lagi setelah serangan 9/11. Dia mengatakan bantuan Pakistan ke AS merenggut 80.000 nyawa warganya dan menyebabkan perselisihan internal serta perbedaan pendapat yang ditujukan kepada negara, sementara AS melakukan serangan drone.
"Jadi ketika kita mendengar ini di akhir. Ada banyak kekhawatiran di AS tentang merawat penerjemah dan semua orang yang membantu AS. Bagaimana dengan kita?" ujar Khan merujuk pada warga Afghanistan yang diangkut usai pengambilalihan Taliban.
Alih-alih mendapatkan ucapan penghargaan, menurut Khan, Pakistan telah disalahkan. Ucapan tersebut didorong dengan banyak warga Afghanistan menyalahkan Pakistan atas kebangkitan Taliban di Afghanistan karena hubungan dekat. Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Agustus juga menolak permintaan Pakistan untuk memberikan pandangannya pada pertemuan khusus di Afghanistan, yang menunjukkan skeptisisme bersama masyarakat internasional.