IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Setelah berkelana ke berbagai pesantren, Kiai Abdurrahman Syamsuri telah menguasai berbagai disiplin ilmu keagamaan. Di antaranya adalah nahwu, sharaf, dan ilmu al-arudl wa al-qowafi. Dalam bidang sastra, ia menggubah kitab Nazham Asma' al- Husna. Buku tersebut menjadi pembuktian kemampuannya dalam disiplin ilmu arudl yang dikaitkan dengan pemaknaan atas Asmaul Husna.
Ia juga terkenal sebagai mubaligh yang dapat menghafal 30 juz Alquran secara fasih dan tartil. Tafsir Alquran pun dikuasainya. Begitu pula dengan ilmu hadis, terutama yang bersumber dari kitab-kitab otoritatif semisal Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Karena itu, dirinya dipandang layak untuk mendirikan sekaligus memimpin sebuah pondok pesantren.
Sejak tahun 1930, kakeknya yang bernama Kiai Idris telah membangun sebuah mushala, Langgar Dhuwur, di Paciran. Tempat inilah yang menjadi cikal bakal pesantren yang dirintis Kiai Abdurrahman. Sesuai amanah dari kakeknya, ia kemudian mengembangkan Langgar Dhuwur agar tidak hanya menjadi tempat anak-anak belajar membaca Alquran. Dalam visinya, langgar tersebut ingin diubahnya sebagai pusat kegiatan pondok pesantren.
Karena itu, yang diajarkan di sana meliputi banyak hal, semisal ilmu tafsir Alquran, hadis, dan tata bahasa Arab. Sebagai langkah awal, dirinya meminjam sebuah lahan luas milik Pak Hadir. Di atas tanah itu, tumbuh pepohonan asam yang cukup rindang. Melihat situasi itu, ia pun terinspirasi untuk menamakan lembaga yang akan didirikannya sebagai Pondok Pesantren Karangasem.