Jumat 01 Oct 2021 05:35 WIB

Kisah Zainah RamahiHadapi Islamfobia 

Zainab Ramahi dari Oakland mengungkapkan pengalamannya menghadapi Islamofobia.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Agung Sasongko
Islamofobia (ilustrasi)
Foto:

Survei tersebut juga menemukan bahwa 93,7 persen responden mengatakan Islamofobia memengaruhi kesejahteraan emosional dan mental mereka. Ramahi merasakan hal ini setiap hari. Dia pun tidak mampu menghilangkan ketakutan bahwa dia mungkin sengaja ditabrak saat berjalan pulang dari kampus. "Saya tidak tahu mengapa, tapi itu selalu ada di benak saya," kata Ramahi.  

"Dan mungkin saya tahu kenapa. Mungkin karena Muslim terus-menerus dibicarakan dengan cara yang mengerikan ini. Ada asumsi bahwa kami adalah ancaman bagi keamanan nasional, bahwa kami bukan penduduk asli Amerika Serikat," lanjutnya. 

Sementara seorang mahasiswa doktoral di California Institute of Integral Studies, Isra Wazna turut mengalami hal serupa. Wazna berimigrasi ke Bay Area dari Arab Saudi pada 2006. Wazna mengatakan bahwa dia menghadapi Islamofobia secara rutin.

 "Ini adalah tempat yang penuh dengan kontradiksi," katanya.

Suatu hari ada kejadian yang membuatnya mempertimbangkan kembali untuk memakai jilbabnya.  Saat itu malam dan dia berada di kampus universitas setempat dengan seorang teman. Mereka berhenti untuk mengambil uang dari ATM, dan keduanya  mendengar suara ban berhenti. Teman Wazna berteriak ketika sebuah mobil mendekati Wazna. Kemudian mobil itu menjauh, dan membuat Wazna dan temannya terguncang. 

Bagi Wazna, itu jelas merupakan tindakan Islamofobia. Dia tidak melaporkan kejadian itu kepada pihak berwenang.  

Sementara itu, dari survei terbaru menemukan bahwa 40 persen responden telah mencoba menyembunyikan identitas agama mereka, 91,8 persen wanita menyensor ucapan atau tindakan mereka karena takut bagaimana orang akan merespons atau bereaksi kepada mereka. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement