Rabu 06 Oct 2021 05:39 WIB

Korea Selatan, Islam, dan Tantangan Multikultural

Komunitas Muslim di Korea Selatan terus berkembang

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
 Kegiatan buka puasa bersama di Masjid Itaewon Seoul, Sabtu (19/5), yang diikuti oleh seribu umat muslim yang tinggal di Korea Selatan.
Foto:

Ratusan warga di dekat masjid mengajukan petisi yang menyerukan penangguhan pembangunan. Kantor regional menerima permintaan tersebut dan memerintahkan pembangunan dihentikan pada 16 Februari.

"Sekarang mereka hanya mengatakan bahwa jika kita membangun masjid, orang-orang di seluruh wilayah mungkin menjadi Muslim, dan harga properti di wilayah itu bisa turun. Yah, tetap saja, kami tidak menemukan alasan yang sah di balik ini. Sebaliknya kami percaya itu hanya bagian dari Islamofobia," ujarnya.

Bulan lalu, pengadilan menangguhkan sementara perintah untuk menghentikan pembangunan masjid. Dan ini kembali menuai reaksi dari warga. Seo Jae-won, perwakilan dari warga yang menentang pembangunan tersebut, mengatakan, "Siapa yang akan suka jika fasilitas keagamaan, apakah itu gereja atau masjid, datang ke tengah-tengah pemukiman penduduk? Ini berisik dan wanita khawatir keluar di malam hari. Saya menerima lebih dari seribu tanda tangan yang berlawanan." 

Pada awal September, sebuah petisi berjudul "Lindungi Korea Selatan" telah diposting di situs web Cheong Wa Dae, di mana seorang pembuat petisi menuntut agar pembangunan masjid dihentikan. Lebih dari 120.000 orang mendukungnya. Penulis mengatakan kekuatan Islam yang besar tampaknya mendukung pembangunan dengan strategi untuk mengubah Korea ke Islam.

Pada Agustus, sekitar 400 warga Afghanistan, kebanyakan dari mereka Muslim, melarikan diri ke Korea karena takut akan pembalasan Taliban karena telah bekerja dengan proyek-proyek Korea Selatan di negara mereka.

Terlepas dari situasi hidup atau mati mereka, beberapa orang Korea menentang menerima mereka sebagai pengungsi. Dalam petisi yang diajukan di situs web Cheong Wa Dae pada bulan itu, seorang pemohon meminta Korea untuk tidak menerima mereka sebagai pengungsi. "Begitu pengungsi diterima, kami mulai terpapar terorisme," kata penulis. Dan ada lebih dari 30 ribu orang setuju.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement