IHRAM.CO.ID, Para pendiri NU langsung melakukan konsolidasi struktural begitu organisasi itu terbentuk. Dalam sebuah rapat di kawasan Bubutan, Surabaya, Kiai Hasbullah mengusulkan nama KH Hasan Gipo untuk masuk dalam kepemimpinan jam'iyah ini. Usulan tersebut langsung disambut baik Kiai Hasyim Asy'ari.
Penunjukannya sebagai ketua tanfidziyah NU mendapat semacam perlakuan khusus. Pasalnya, sosok Kiai Hasan Gipo termasuk yang limited edition. Sebab, dirinya tidak hanya menguasai ilmu umum terutama yang didapatinya sewaktu mengenyam pendidikan di sekolah Belandatetapi juga ilmu agama yang kuat.
Ia juga dikenal sebagai satu-satunya orang NU saat itu yang cakap membaca dan menulis dengan huruf Latin. Kiai Hasan Gipo memegang amanah sebagai ketua tanfidziyah NU sekitar dua tahun. Pada Muktamar Ketiga NU di Semarang, Jawa Tengah, posisinya digantikan oleh KH Noor asal Sawah Pulo, Surabaya.
Selama memimpin NU, Kiai Hasan tidak meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Malahan, bisnisnya terus berkembang pesat. Cakupannya tidak hanya perdagangan bahan makanan, tetapi juga sektor properti. Ia memiliki banyak kompleks perumahan, pertokoan, dan pergudangan yang sering kemudian disewakannya
Dengan keuntungan bisnisnya, ia pun menyumbang banyak ke NU. Misalnya, tatkala organisasi tersebut hendak mengadakan muktamar atau sosialisasi dan pengembangan ke daerah-daerah. Antara lain berkat sokongan dana dari Kiai Hasan, jam'iyah ini pun bisa berkembang sa ngat cepat.
Pada tahun kedua berdirinya, NU telah menyebar dari Surabaya ke mayoritas kota besar di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Bahkan, pada tahun kelima sejak pembentukannya organisasi masyarakat (ormas) itu telah memiliki cabang di Jawa Barat, Kalimantan, dan Singapura.