Dalam pembicaraan tersebut, delegasi Afghanistan yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Afghanistan, Mullah Amir Khan Muttaqi, meminta AS untuk mengakhiri sanksi ekonomi dan mencairkan aset senilai 10 miliar dolar AS.
Taliban mengatakan, mereka perlu membayar pegawai pemerintah dan memberikan layanan kepada warga Afghanistan. Namun AS maupun Taliban tidak mengatakan apakah ada kesepakatan yang dicapai selama pembicaraan.
Taliban mengambil kembali kekuasaan di Afghanistan pada 15 Agustus, setelah hampir 20 tahun mereka digulingkan dalam invasi pimpinan AS. Ketika itu, Taliban digulingkan karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaeda Osama bin Laden, menyusul serangan 11 September 2001 di AS.
Dalam pembicaraan tersebut, para pejabat AS mengatakan, AS meminta Taliban untuk membebaskan warganya yaitu Mark Frerichs yang diduga diculik oleh jaringan Haqqani pada Januari 2020. Sementara prioritas utama lainnya adalah mempertahankan komitmen Taliban untuk tidak membiarkan Afghanistan kembali menjadi sarang Alqaeda atau kelompok bersenjata lainnya.
Para pejabat AS mengatakan pembicaraan itu merupakan kelanjutan dari keterlibatan pragmatis dengan Taliban. Pembicaraan tersebut bukan tentang memberikan pengakuan atau legitimasi kepada kelompok militan tersebut.
Washington dan negara-negara Barat mencoba mencari cara untuk terlibat dengan Taliban, dan memastikan distribusi bantuan kemanusiaan berjalan lancar. Namun mereka tidak ingin memberikan legitimasi kepada kelompok tersebut.