Senin 11 Oct 2021 14:14 WIB

Taliban dan AS Bertemu Bahasa Keamanan dan Terorisme

Taliban dan AS juga membicarakan hak asasi manusia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Agung Sasongko
Anggota Taliban duduk di depan mural yang menggambarkan seorang wanita di balik kawat berduri di Kabul, Afghanistan, Selasa, 21 September 2021.
Foto:

Dalam pembicaraan tersebut, delegasi Afghanistan yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Afghanistan, Mullah Amir Khan Muttaqi,  meminta AS untuk mengakhiri sanksi ekonomi dan mencairkan aset senilai 10 miliar dolar AS. 

Taliban mengatakan, mereka perlu membayar pegawai pemerintah dan memberikan layanan kepada warga Afghanistan. Namun AS maupun Taliban tidak mengatakan apakah ada kesepakatan yang dicapai selama pembicaraan.

Taliban mengambil kembali kekuasaan di Afghanistan pada 15 Agustus, setelah hampir 20 tahun mereka digulingkan dalam invasi pimpinan AS. Ketika itu, Taliban digulingkan karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaeda Osama bin Laden, menyusul serangan 11 September 2001 di AS.

Dalam pembicaraan tersebut, para pejabat AS mengatakan, AS meminta Taliban untuk membebaskan warganya yaitu Mark Frerichs yang diduga diculik oleh jaringan Haqqani pada Januari 2020. Sementara prioritas utama lainnya adalah mempertahankan komitmen Taliban untuk tidak membiarkan Afghanistan kembali menjadi sarang Alqaeda atau kelompok bersenjata lainnya.

Para pejabat AS mengatakan pembicaraan itu merupakan kelanjutan dari keterlibatan pragmatis dengan Taliban. Pembicaraan tersebut bukan tentang memberikan pengakuan atau legitimasi kepada kelompok militan tersebut.

Washington dan negara-negara Barat  mencoba mencari cara untuk terlibat dengan Taliban, dan memastikan distribusi bantuan kemanusiaan berjalan lancar. Namun mereka tidak ingin memberikan legitimasi kepada kelompok tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement