IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan menggelar Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia ke-VII pada 9-11 November 2021. Ijtima Ulama mengangkat tema Optimalisasi Fatwa untuk Kemaslahatan Bangsa.
Sekretaris Panitia Ijtima Ulama, KH Arif Fahrudin menjelaskan pada Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia ke-VII akan dilaksanakan online dan offline. Kegiatan offline bertempat di hotel Sultan, Jakarta. Menurut kiai Arif ada sekitar 800 undangan untuk Ijtima Ulama. "Sistemnya nanti hybrid karena masih pandemi, undangan ada 800 dan yang hadir offline itu paling sekitar 200an selebihnya online," kata Arif kepada Republika,co.id pada Kamis (14/10).
Para peserta yang akan menghadiri Ijtima Ulama diantaranya terdiri dari dewan pertimbangan MUI, dewan pimpinan MUI, pimpinan dan anggota komisi fatwa MUI, pimpinan komisi fatwa MUI provinsi, utusan lembaga ormas Islam, utusan pondok pesantren, utusan perguruan tinggi fakultas keagamaan, lembaga dan mahasiswa dari negara sahabat, pengurus komisi badan dan lembaga di lingkungan MUI pusat.
Sementara itu Arif mengatakan rencananya Ijtim Ulama akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo dan untuk penutupan rencananya akan dihadiri oleh Wakil Presiden Prof. KH. Ma'ruf Amin. Pada Ijtima Ulama ke-VII akan membahas tentang masalah-masalah fiqih kontemporer (masail fiqiyah) masalah kebangsaan dan keumatan (masail Wathaniyah) dan masalah seputar legislasi (masail qanuniyah).
Sejauh ini MUI masih menerima masukan dari setiap elemen masyarakat tentang apa saja yang penting untuk menjadi pembahasan dalam Ijtima Ulama. Kiai Arif mencontohkan salah satu persoalan aktual yang mungkin dibahas dalam Ijtima Ulama nanti adalah tentang pinjaman online (Pinjol).
Pelaksanaan Ijtima Ulama kali ini memang sangat berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Untuk kali pertama pelaksanaan Ijtima Ulama dilaksanakan di hotel. Sebab pada tahun-tahun sebelumnya Ijtima Ulama selalu dilaksanakan di pesantren. Menurut Arif hal ini lantaran mempertimbangkan penerapan protokol kesehatan yang lebih memungkinkan di hotel. Menurutnya panitia telah menyiapkan berbagai hal sehingga pelaksanaan Ijtima Ulama dilaksanakan dengan prokes yang ketat.
"Memang tradisinya itu dari pesantren ke pesantren karena MUI itu kuncinya ulama, dan ulama sumbernya di pesantren. Cuma karena masih kondisi sekarang kita mengedepankan protokol kesehatan," katanya.