IHRAM.CO.ID, BATAM— Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam mencatatkan Mandi Safar sebagai warisan budaya tak benda sebagai khasanah kekayaan khas daerah yang berbatasan dengan Malaysia dan Singapura itu.
"Mandi Safar kita catatkan juga, meski daerah lain juga ada Mandi Safar," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam Ardiwinata di Batam, Kamis (14/10).
Selain di Batam, masyarakat Melayu di Provinsi Riau juga mengenal Mandi Safar dan menjalankan ritual kebudayaan itu.
Menurut Ardi, setiap daerah punya kekhasan masing-masing. Layaknya pantun yang sudah terdaftar di Unesco, ada khas Melayu, ada pula khas Betawi.
Mandi Safar merupakan tradisi memohon perlindungan yang sudah berlangsung sejak Kesultanan Riau Lingga. Sebelum Mandi Safar ada ritual Besapa yakni meminta doa selamat.
Usai berdoa, dilanjutkan dengan berbedak langi, membaluri tubuh dengan tepung yang terbuat dari beras yang digiling, dicampur kunyit dan limau purut sebagai pewangi.
Tata cara ini bertujuan untuk membersihkan jasmani.Setelah itu dilanjutkan dengan berenang ke laut melewati Wapak yang bertuliskan huruf Arab. Tata cara ini mengandung filosofi menghilangkan hal negatif pada diri manusia. Dan ketiga mandi tolak balak, lalu ditutup dengan berdoa bersama dan menikmati sajian juada khas Melayu.
Menurut Ardi, Mandi Safar salah satu atraksi budaya dan pariwisata yang menarik untuk wisatawan, karenanya musti dilestarikan. Dalam kesempatan itu, ia menjelaskan Kota Batam mempunyai Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) dengan 10 unsur yang tercantum, di antaranya olahraga tradisional, sastra lisan, dan ritus. "Ini namanya ritus yakni kebiasan harus dijaga dengan baik. Atraksi ini kita catat di Warisan Budaya Takbenda," kata dia.
Selain Mandi Safar, Pemkot Batam juga mencatatkan 13 warisan budaya tak benda lainnya, antara lain teater makyong, tari jogi, permainan gasing, permainan jong, permainan kolek, permainan sampan layar, musik dangkong, makanan lendot dan bubur matsura.