IHRAM.CO.ID,ATLANTA—Georgia adalah negara yang diakui sebagai negara Kristen. Nyatanya ada sekitar 10 persen, dari total populasi, yang merupakan Muslim. Komunitas Muslim di Georgia sejatinya cukup besar dan mencangkup beragam etnis.
Komunitas Muslim terbesar di Georgia adalah etnis Azera, kebanyakan berada di Republik Otonomi Adjara di pantai Laut Hitam di Georgia barat, lebih dari 150.000 orang atau sekitar 40 persen dari populasi Adjara menganut Islam. Namun terlepas dari banyak dan besarnya, Muslim Adjarian telah lama terpinggirkan, warisan agama mereka juga telah lama terabaikan.
Awal tahun ini, Solidarity Community, organisasi pemuda yang mengkampanyekan teoleransi dan solidaritas, menginisiasikan gerakan untuk mendukung komunitas Muslim Georgia. “Kami mendasarkan visi dan nilai kami pada hak asasi manusia; kami ingin berkontribusi untuk membangun masyarakat yang setara dan adil,” kata Zaza Mikeladze, salah satu pendiri komunitas.
“Jika semua lapisan masyarakat tidak menunjukkan solidaritas satu sama lain, tidak mengakui satu sama lain, maka besok, komunitas mana pun dapat menjadi terpinggirkan dan mengalami diskriminasi. Ini yang ingin kami hindari.”
Selain mengadvokasi hak-hak komunitas Muslim di Georgia, organisasi ini juga melakukan penelitian tentang identitas agama dan sejarah Muslim di Georgia.
“Ini penting karena hampir tidak mungkin menemukan penelitian tentang orang Muslim di Georgia, atau menceritakan kisah mereka. Ada kekurangan informasi. Apa yang tersedia biasanya berdasarkan stereotip,” tambah Mikeladze, yang juga merupakan seorang Muslim.
Meskipun konstitusi Georgia menjamin kebebasan beragama, namun umat Kristen Ortodoks, yang terdiri dari sekitar 83 persen populasi, menikmati posisi istimewa termasuk dalam pembebasan pajak. Mereka juga mendapat keuntungan dari pendanaan negara yang cukup besar, sekitar 30 juta lari (Rp. 134 miliar) per tahun. Sementara komunitas Muslim hanya menerima 2,5 juta lari (Rp. 11 miliar) per tahun dari pajak publik.
Hal ini telah lama dianggap diskriminatif dan inkonstitusional oleh banyak pakar dan aktivis sipil. Menurut ilmuwan politik George Sanikidze, Kekristenan memainkan peran yang sangat penting dalam narasi nasional Georgia dan kesadaran nasional Georgia, seperti yang disarankan oleh slogan gerakan nasional Georgia abad ke-19, 'bahasa, tanah air, iman [Kristen]'.
Gereja Ortodoks Georgia, singkatnya, tetap menjadi salah satu pilar utama identitas nasional Georgia. Sementara Islam dianggap oleh banyak orang sebagai asing, bukan Georgia. Dan mengingat bahwa Georgia kadang-kadang harus mempertahankan tanah mereka melawan tentara Ottoman dan Persia. Narasi sejarah saat ini yang diajarkan di sekolah-sekolah umum, yang menampilkan agama Kristen sebagai bagian primordial dari sejarah Adjara, sambil mengaitkan Islam dengan kekuasaan Ottoman.
“Warisan Muslim Georgia disajikan sebagai sisa kekuasaan musuh,” kata Zaza Mikeladze.
Di Batumi, ibu kota Adjara, Masjid Orta Jame adalah satu-satunya masjid yang berfungsi di kota ini, luasnya terlalu kecil untuk populasi Muslim di kota itu. Setiap hari Jumat, banyak jemaah yang terpaksa sholat di luar masjid. Meski berulang kali dijanjikan oleh pemerintah daerah dan pusat untuk membangun masjid baru, janji hanyalah janji.
Di tempat lain di Adjara, Mikeladze mengatakan bahwa banyak masjid lain yang tersembunyi, dan sulit ditemukan. Di Keda, salah satunya, ada banyak masjid kayu, yang merupakan bagian dari warisan budaya. Namun, mereka tidak disertakan di halaman web kotamadya atau di peta wisata mana pun.
Solidarity Community melalui gerakannya kini tengah mengupayakan penyetaraan Muslim Adjara, dan pengakuan warisan budaya mereka, dan menampilkannya di peta Georgia.
Sumber: