IHRAM.CO.ID, ALJAZAIR -- Dibangun selama era Ottoman, Masjid Ketchaoua Aljazair tidak hanya salah satu simbol negara yang paling penting, tetapi juga merupakan saksi penting atas kejahatan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Prancis di negara tersebut.
Dalam sebuah wawancara dengan media lokal pada 11 Oktober, Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune memberikan laporan resmi tentang pembantaian Prancis terhadap hampir 4.000 jamaah selama era kolonial 1830-1962.
"Prancis menjajah kami selama 132 tahun, tahun-tahun yang menyaksikan kejahatan keji yang tidak dapat dihapus dengan kata-kata halus. Ada keluarga dan suku yang benar-benar musnah seperti Zaatcha (Aljazair tenggara), dan bahkan bayi pun tidak selamat," kata Tebboune dilansir di aa.com.tr, Jumat (16/10).
Dia menambahkan bahwa di Ketchaoua, tentara kolonial Prancis membunuh 4.000 jamaah yang menjadi korban akibat ledakan meriam.
Masjid Ketchaoua dibangun pada tahun 1520 oleh Khair al-Din (Hayreddin) Barbarossa, penguasa Aljazair saat itu, di kawasan Casbah yang terkenal di ibu kota Aljir.
Catatan sejarah Aljazair menunjukkan bahwa penguasa Prancis Aljazair pada saat itu, Duke de Rovigo, memutuskan pada akhir tahun 1832 untuk menyerbu masjid untuk mengubahnya menjadi gereja.
Ketika penduduk kota berkemah di dalam gedung sebagai protes, Rovigo menghancurkan masjid, membantai orang-orang di dalamnya, dan membakar salinan Alquran, kitab suci umat Islam.
Masjid Ketchaoua di pantai Mediterania, simbol penting kemerdekaan Aljazair, pertama kali digunakan sebagai depot militer selama pendudukan Prancis dan kemudian sebagai kediaman uskup agung Aljazair.
Setelah pembongkaran masjid pada tahun 1844, sebuah gereja besar dibangun dan bangunan itu tetap menjadi katedral sampai Aljazair memperoleh kemerdekaan pada tahun 1962.
Masjid ditutup pada tahun 2008 karena kerusakan akibat gempa bumi tahun 2003.
Pada April 2018, masjid dibuka kembali setelah restorasi oleh Badan Kerjasama dan Koordinasi Turki (TIKA) badan bantuan yang dikelola negara Turki sejalan dengan rencana arsitektur Ottoman yang asli menurut sejarawan dan peneliti dari Aljazair dan Turki.n Ratna Ajeng Tejomukti