Sisemore menyematkan sikap ini pada “feminisme liberal dan imperialis”, perpanjangan dari ideologi imperialis Barat, yang memberikan narasi palsu dan berbahaya, tentang wanita Muslim yang perlu diselamatkan dari pria Muslim yang kejam dan menindas. Narasi feminis ini telah membantu politisi mengumpulkan dukungan publik untuk membenarkan invasi ke Irak dan Afghanistan.
Pada 2001 misalnya, pemerintahan Bush mengklaim perang melawan teror yang dilancarkan di Afghanistan juga merupakan perjuangan untuk hak dan martabat perempuan.
“Bahkan sebelum dideklarasikannya Perang Melawan Teror, cadar telah ditandai sebagai tirani, dan sebaliknya, membuka cadar telah menjadi simbol kebebasan dan demokrasi,” tulis peneliti Universitas San Francisco, Janine Rich, dalam sebuah makalah berjudul '’Saving’ Muslim Women: Feminism, U.S Policy and the War on Terror'.
Menurut Rich, dalam konstruksi perempuan Muslim sebagai korban pasif ini, tidak ada ruang untuk mengkaji secara kritis nalar dan konteks.
Baik Elsheikh dan Sisemore, dengan penuh semangat mereka mendeklarasikan narasi penyelamat kulit putih dan generalisasi palsu tentang peran perempuan dalam masyarakat Islam.