IHRAM.CO.ID, YERUSALEM -- Israel dan Komoro sedang dalam pembicaraan untuk membangun hubungan diplomatik. Komoro adalah pulau dengan mayoritas Muslim yang berbasis di Samudra Hindia, dan terletak di antara Madagaskar dan negara-negara daratan Mozambik serta Tanzania.
Komoro adalah satu-satunya negara Arab yang berada di belahan bumi selatan dan anggota Liga Arab. Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah mempertemukan Israel dan Komoro untuk berdiskusi tentang anggota Liga Arab yang membangun hubungan diplomatik dengan negara Yahudi itu. Pembicaraan kemudian berlanjut secara bilateral.
Pembicaraan ini terjadi setelah Menteri Kerjasama Regional Israel, Esawi Frej, mengatakan kepada situs web Emirati Erem News bahwa, Qatar, Tunisia, Oman, dan Malaysia diharapkan bergabung dengan Abraham Accords atau Kesepakatan Abraham. Kesepakatan ini menjadi dasar bagi normalisasi hubungan dengan Israel.
"Setiap negara Arab di Timur Tengah, bahkan negara yang bermusuhan, kami memiliki hubungan langsung dan tidak langsung dengan mereka. Saya melihat bahwa semua negara di Timur Tengah akan berada dalam satu kesatuan," kata Frej, dilansir Middle East Monitor, Rabu (20/10).
Kesepakatan normalisasi tahun lalu yang ditandatangani oleh Uni Emirate Arab (UEA) dan Bahrain. Kemudian diikuti oleh Sudan dan Maroko. Normalisasi hubungan ini mendapatkan kecaman dari warga Palestina. Palestina mengatakan, negara-negara melakukan normalisasi dengan Israel telah mengkhianati upaya Palestina untuk membentuk negara yang merdeka.
Pada 1994 Komoro mengumumkan bahwa mereka telah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Tetapi langkah itu tidak terwujud.
Kemudian pada tahun 2013, Komoro yang berada di bawah Turki mengajukan tuntutan tindakan hukum terhadap Israel di Mahkamah Internasional di Den Haag. Hal tersebut terkait dengan kematian warga negara Turki di kapal Mavi Marmara.
Kapal Mavi Marmara merupakan bagian dari Armada Kebebasan yang mencoba untuk mematahkan pengepungan Israel atas Gaza pada 2010. Kapal-kapal itu ditumpangi oleh pasukan komando Israel di perairan internasional. Sembilan aktivis ditembak dan dibunuh, sementara beberapa lainnya meninggal karena luka-lukanya.