IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Kalangan santri dan pondok pesantren akan memperingati Hari Santri yang jatuh pada 22 Oktober. Dalam memaknai Hari Santri kali ini, Cendekiawan Muslim Komaruddin Hidayat menjelaskan, santri berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti murid atau mereka yang sedang mencari ilmu.
"Istilah ini menunjukkan karakter pesantren yang inklusif dan akrab dengan budaya lokal non-Arab. Bahkan nama pesantren juga lebih dilekatkan pada nama desa atau lokasinya. Misalnya pesantren Krapyak, Gontor, Tebuireng, dan lain sebagainya," kata alumnus Pesantren Modern Pabelan Magelang dan Pesantren al-Iman Muntilan itu, kepada Republika.co.id, Rabu (20/10).
Komaruddin melanjutkan, anggapan pesantren itu dunia yang tertinggal secara keilmuan tidaklah benar. Sebaliknya, di pesantren, etos ilmu sangat dijunjung tinggi. Namun, menurut dia, memang perlu ada perubahan dalam kurikulum di pesantren.
"Seiring dengan perkembangan zaman, kurikulum pesantren mesti diperkaya dengan pengetahuan modern, terutama bidang sains, teknologi informatika, fisika, matematika dan biologi, itu mesti diajarkan," tutur Guru Besar Filsafat Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.