Selasa 02 Nov 2021 02:13 WIB

BMKG Bandung Sebut Perubahan Iklim Picu Kenaikan Curah Hujan

BMKG Bandung Sebut Perubahan Iklim Picu Kenaikan Curah Hujan

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Muhammad Hafil
BMKG Bandung Sebut Perubahan Iklim Picu Kenaikan Curah Hujan. Foto:   Jalan di kawasan Pasar Panorama Lembang terendam air akibat hujan deras yang mengguyur Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Ahad (17/10) malam. Banjir disebabkan oleh meluapnya air dari drainase yang tidak mampu menampung limpahan air hujan.
Foto: Edi Yusuf/Republika
BMKG Bandung Sebut Perubahan Iklim Picu Kenaikan Curah Hujan. Foto: Jalan di kawasan Pasar Panorama Lembang terendam air akibat hujan deras yang mengguyur Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Ahad (17/10) malam. Banjir disebabkan oleh meluapnya air dari drainase yang tidak mampu menampung limpahan air hujan.

IHRAM.CO.ID,BANDUNG--Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung mengungkapkan perubahan iklim yang terjadi saat ini mempengaruhi temperatur dan curah hujan. Kondisi tersebut sudah terjadi di level global, nasional dan lokal.

Kepala BMKG Bandung, Teguh Rahayu mengatakan pihaknya telah melakukan observasi temperatur dan curah hujan terkait perubahan iklim dan terjadi kenaikan temperatur dengan rata-rata kenaikan 0,4 oC dibandingkan dengan rata-rata tahun 1981-2010. Pola curah hujan menunjukan adanya kenaikan pada musim hujan dan penurunan curah hujan pada saat musim kemarau.

Baca Juga

"Atau musim hujan semakin surplus air, dan pada musim kemarau semakin defisit air," ujarnya melalui keterangan resmi yang diterima, Senin (1/11). Ia mengatakan perubahan iklim sudah terjadi di level global, nasional, maupun lokal.

Terkait hubungan perubahan iklim dengan kejadian ekstrem, Teguh Rahayu mengatakan cuaca ekstrem terjadi apabila curah hujan di atas 150 mm. Namun kaitan langsung antara perubahan iklim dengan kejadian cuaca ekstrim masih sulit dijelaskan secara definitif ataupun secara fisis.

"Hal ini disebabkan oleh masih kurangnya data observasi secara global dan juga pemahaman terhadap proses fisis masih dipahami secara parsial, hingga kesimpulan pasti sulit untuk ditentukan, namun secara empiris, kedua kejadian ini berkorelasi positif," katanya.

Ia menambahkan, BMKG selama ini melakukan monitoring perubahan iklim di Indonesia dengan memantau konsentrasi CO2 di atmosfer yang dilakukan oleh stasiun GAW di Kototabang, Sumatera Barat. Pengamatan yang dilakukan sejak tahun 2004 hingga tahun 2020 menunjukan tren kenaikan konsentrasi CO2 di atmosfer Indonesia sejalan dengan pantauan konsentrasi CO2 global.

Rahayu menambahkan perubahan iklim didefinisikan IPCC sebagai perubahan kondisi skala iklim yang diidentifikasi berdasarkan perubahan rata-rata variabel dan variabilitasnya yang bertahan dalam jangka panjang (lebih dari 30 tahun). UNFCC memberi definisi perubahan iklim sebagai perubahan yang disebabkan secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia (antropogenik).

Kondisi tersebut yang berdampak pada perubahan komposisi atmosfer global, selain variabilitas iklim alami yang diamati selama periode tertentu. Variabel utama yang terukur dan menjadi acuan perubahan utama adalah temperatur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement