IHRAM.CO.ID, IDLIB -- Suriah mengalami kekacauan pasca berkecamuknya perang saudara. Bahkan setelah rezim berganti tak membuat semua warga di sana memperoleh kemakmuran.
Omar Al-Salmawi, seorang petani berusia 56 tahun dari Bikfa di Idlib, Suriah, menjadi salah satu warga Suriah yang pertaniannya terdampak perang. Ia telah melihat secara langsung dampak perubahan iklim, terutama kebakaran dan suhu panas pada tanaman jeruknya.
"Peluru yang jatuh di dekat tanaman pertanian menyebabkan pohon terbakar," kata Omar dilansir dari Middle East Eye pada Rabu (3/11).
Kota Bikfla di Idlib terkenal karena buah jeruknya. Tiga sungai bernama Sungai Putih, Sungai Raya dan Orontes pernah menyediakan air yang melimpah untuk menopang pertumbuhan kebun jeruk. Buah inilah yang menjadi sumber pendapatan bagi petani seperti Omar.
“Sebelum perang, kami menyambut musim panen dengan suka cita dan kebahagiaan,” kata Omar.
Kini, Omar mengungkapkan bekerja sebagai petani malah mendatangkan duka karena beban begitu berat. “Tetapi sekarang, dengan harga buah jeruk yang rendah dan harga pupuk yang mahal, kami tidak bisa lagi memanen hasil panen seperti sebelumnya," kenang Omar.
Petani Suriah juga menderita secara finansial karena impor buah asing. Kebijakan itu menyebabkan penurunan harga buah yang signifikan.
“Perang menyebabkan perubahan besar dalam impor buah, yang menciptakan kekurangan buah di pedesaan Idlib dan Aleppo,” kata Ahmed Al-Kwan, asisten menteri pertanian dan irigasi provinsi Idlib.
Selama bertahun-tahun, tingkat curah hujan telah menurun di Suriah karena suhu telah melonjak. Kondisi ini melumpuhkan dan menimbulkan kerusakan signifikan pada lahan pertanian.
Hal ini kemungkinan akan menyebabkan penurunan produksi pertanian dan peningkatan penyakit tanaman dan hama menurut penelitian dari Institut Penelitian Kebijakan Pangan Internasional. Penggurunan buatan manusia dan kurangnya irigasi akibat perubahan iklim telah mempengaruhi hingga 60 persen tanah Suriah dan diperkirakan 1,3 juta orang, menurut laporan PBB dan Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
"Hasil panen tidak lagi memberi kami penghasilan yang dapat diandalkan,” kata Omar.