Kamis 04 Nov 2021 14:41 WIB

Taliban Wajibkan Warga Bertransaksi Gunakan Mata Uang Lokal

Taliban melarang warga untuk menggunakan mata uang asing.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Agung Sasongko
Seorang pedagang penukaran mata uang menghitung Afgani ketika orang-orang berkumpul untuk menarik uang dari sebuah bank di Kabul, Afghanistan, Ahad (12/9).
Foto:

Langkah ini dilakukan ketika Taliban mengkonsolidasikan kekuatannya di tengah pembekuan cadangan devisa Afghanistan senilai 9 miliar dolar AS. Washington membekukan aset setelah Taliban mengambil kekuasaan pada Agustus hingga mengumumkan pemerintahan sementaranya.

Meskipun pemerintah sementara belum diakui secara internasional, Taliban telah mempertahankan kontak rutin dengan pemerintah asing dan PBB untuk menopang bantuan kemanusiaan untuk memenuhi tuntutan dasar rakyat. PBB telah menilai situasi di Afghanistan mengerikan oleh karena krisis kemanusiaan membayangi terlebih memasuki musim dingin.

Seperti dilansir laman BBC, Rabu (3/11), awal tahun ini, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan Afghanistan tidak akan lagi dapat mengakses sumber dayanya, sementara Bank Dunia juga menghentikan pendanaan untuk proyek-proyek di negara itu. Bulan lalu, IMF memperingatkan bahwa ekonomi negara itu bisa menyusut 30 persen tahun ini.

Hal ini mendorong jutaan penduduk Afghanistan ke dalam kemiskinan dan menyebabkan krisis kemanusiaan. IMF juga mengatakan bahwa kesengsaraan ekonomi Afghanistan dapat memicu krisis pengungsi yang berdampak pada negara-negara tetangga, seperti Turki dan Eropa. 

 

Negara ini juga menderita kekeringan parah yang telah merusak sebagian besar tanaman gandumnya dan membuat harga melonjak. Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memperingatkan bahwa jutaan warga Afghanistan dapat menghadapi kelaparan karena kombinasi dari kekeringan, konflik, dan Covid-19. Namun, meskipun kekuatan Barat telah mengatakan bahwa mereka ingin menghindari bencana kemanusiaan di Afghanistan, mereka menolak untuk secara resmi mengakui pemerintah Taliban.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement