Kamis 11 Nov 2021 17:52 WIB

Inisiatif untuk Melibatkan Banyak Muslim dalam Film Dirintis

Upaya mempromosikan banyak Muslim dalam pembuatan film diluncurkan.

Rep: Rossi Handayani, Meiliza Laveda/ Red: Agung Sasongko
Muslim Amerika

"Basis data adalah alat tambahan untuk tim dan materi iklan kami di seluruh industri untuk digunakan saat mereka mengembangkan cerita yang lebih inklusif," lanjutnya.

Berbasis di Chicago, Pillars Fund terlibat dalam laporan Juni 2021 tentang penggambaran Muslim di layar bersama dengan Annenberg Inclusions Initiative dari University of Southern California (USC) dan lainnya.

Berjudul 'Missing & Maligned: The Reality of Muslims in Popular Global Movies', studi inovatif ini mengungkapkan sejauh mana karakter Muslim hilang atau digambarkan secara negatif di 200 film, yang dirilis antara 2017 dan 2019 di AS, Inggris, Australia, dan Selandia Baru. Kurang dari 10 persen dari mereka menunjukkan karakter Muslim di layar, dan dari 8.965 karakter berbicara yang dianalisis, hanya 1,6 persen adalah Muslim.

Sementara, kurang dari 24 persen karakter Muslim adalah perempuan. Sebanyak 181 dari 200 film (90,5 persen) bahkan tidak menampilkan karakter berbahasa Muslim. Hanya enam film yang menampilkan karakter Muslim dalam peran utama solo, duo, atau ansambel.

Beasiswa 25 ribu dolar Amerika untuk seniman muda Muslim akan diputuskan oleh komite penasihat yang melibatkan aktor Mahershala Ali dan Ramy Youssef dan komedian Hasan Minhaj.

Beasiswa 

Belum lama ini, Aktor Inggris Riz Ahmed meluncurkan upaya serupa dalam upaya mengubah representasi Muslim dalam film.  Upaya tersebut dilakukannya merespons setelah sebuah penelitian menunjukkan Muslim hampir tidak terlihat dan ditampilkan secara negatif. Ahmed yang merupakan aktor film Sound of Metal mengatakan rencana program ini akan mencakup pendanaan dan pendampingan di tahap awal karier.

“Representasi Muslim dalam film adalah negatif seperti orang-orang yang terbunuh dan negara-negara yang diserang,” kata Ahmed dalam sebuah pernyataan. 

Ahmed menegaskan data dalam studi tersebut aktual. “Studi ini menunjukkan kepada kita skala masalah dalam film populer dan biayanya diukur dalam potensi dan nyawa yang hilang,” ujar dia.

Studi yang berjudul Missing and Maligned oleh Annenberg Inclusion Initiative menemukan kurang dari 10 persen film terlaris yang dirilis dari 2017-2019 dari AS, Inggris, Australia, dan Selandia Baru menampilkan setidaknya satu karakter Muslim. Saat tampil, karakter Muslim ditunjukkan sebagai orang luar atau orang yang mengancam. Sekitar sepertiga, mereka adalah pelaku kekerasan dan lebih dari setengahnya menjadi sasaran kekerasan.

 “Muslim tinggal di seluruh dunia tapi penonton film hanya melihat dari sudut pandang yang sempit. Padahal Muslim lain yang kita tahu adalah pebisnis, teman, tetangga yang kehadirannya merupakan bagian dari kehidupan modern,” kata salah seorang penulis studi al-Baab Khan, dilansir Al Arabiya, Jumat (11/6).

Ahmed mengatakan sumbangan pendanaan bisa mengubah situasi yang akan mendapatkan lebih banyak aktor, penulis, dan produser Muslim dalam industri film dan TV. “Jika saya tidak menerima beasiswa dan sumbangan pribadi, saya tidak akan bisa menghadiri sekolah drama,” ucap dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement