Jumat 12 Nov 2021 16:31 WIB

Tujuh Tradisi Timur Tengah yang Terdaftar di Unesco

Sejumlah tradisi Timur Tengah masuk di Daftar Warisan Budaya Tak Benda Kemanusiaan

Rep: Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
Kopi Turki (ilustrasi)
Foto:

3. Budidaya Mawar Damaskus

Rosa damascena, pertama kali diperkenalkan ke Eropa dari Damaskus pada pertengahan abad ke-12 oleh Tentara Salib yang kembali. Kamudian pada abad ke-16 dan seterusnya, produksi bunga mawar terus berkembang.

Keluarga bangun pagi-pagi dan pergi ke ladang untuk memetik bunga mawar, lalu menyortirnya. Beberapa kelopak dikeringkan untuk teh, yang lain disimpan dengan hati-hati untuk disuling.

Bunganya, yang memiliki kelopak merah muda halus, dikenal di seluruh dunia, dan diekspor dan dijual kepada pembuat parfume. Kelopak mawar juga dibuat menjadi minyak esensial, kosmetik, dan air mawar.

Banyak perempuan Damaskus berkumpul di desa untuk membuat selai, sirup, dan kue kering menggunakan bunga mawar yang dipanen. Beberapa percaya bunga mawar memiliki sifat menenangkan.

Mawar Damaskus adalah sumber kebanggaan bagi warga Suriah, terutama mereka yang terlibat dalam panen dan produksinya. Namun, konflik bertahun-tahun di negara itu telah memukul industri dengan keras, membuat banyak orang prihatin dengan nasib tradisi yang telah lama dipegang.

Pada 2019, Unesco memasukkan budidaya mawar Damaskus kedalam daftar warisan tak benda.

4. Hikaye Palestina

Hikaye atau dongeng adalah tradisi narasi yang telah dipraktikkan oleh wanita Palestina selama berabad-abad. Biasanya, hikaye diceritakan di rumah selama malam musim dingin atau di pertemuan sosial, menyatukan wanita dan anak-anak.

Cerita-cerita yang sebagian besar fiktif, sering mencerminkan zeitgeist, mengeksplorasi tema-tema seperti isu-isu sosial kontemporer, dinamika keluarga dan imperatif moral. Pembicara akan sering memiliki nada ekspresif yang kuat, yang mencengkeram audiens dan membuat mereka menyimaknya selama berjam-jam.

Tradisi hikaye ini adalah kesempatan bagi perempuan Palestina untuk memberikan perspektif mereka tentang isu-isu dan mengeksplorasi keprihatinan mereka. Beberapa akan menawarkan kritik terhadap masyarakat, sedangkan yang lain akan menggambarkan kesulitan.

Hikaye juga digunakan sebagai cara untuk merekam dan mewariskan sejarah dan pengalaman warga Palestina, khususnya membahas dampak pendudukan dan pemindahan paksa.

Dengan munculnya media sosial, serta gejolak yang berkelanjutan sebagai akibat dari pendudukan Israel, tradisi tersebut dipraktikkan lebih sedikit. Namun, banyak wanita sekarang membuat upaya sadar untuk menghidupkan kembali bentuk mendongeng, dengan cerita yang diceritakan dalam dialek Palestina-Arab, terutama tetap hidup oleh para tetua.

Pada tahun 2008, Unesco menambahkan praktik tersebut ke daftar warisan takbendanya.

5. Tahtib Mesir

Tahtib merupakan seni bela diri adu tongkat yang diyakini berasal dari zaman Firaun, ketika digunakan sebagai bagian dari pelatihan militer. Namun, selama bertahun-tahun, praktik ini menjadi lebih seremonial dan dilakukan di pesta pernikahan dan acara olahraga.

Tahtib melibatkan dua orang, masing-masing memegang tongkat, saling bertarung, dengan tujuan memukul kepala lawan. Seiring berjalannya waktu, para wanita juga mulai berpartisipasi dalam tahtib, meskipun awalnya merupakan olahraga khusus pria.

Inti dari seni bela diri adalah nilai-nilai menjaga saling menghormati, persahabatan, keseimbangan dan kebanggaan. Saat ini, tahtib biasanya dilakukan dengan latar musik suara tabla baladi (gendang tradisional) dan puisi.

Klub dan pusat olahraga, yang fokus pada pelestarian seni, telah dibuka di seluruh Mesir dalam beberapa tahun terakhir. Festival nasional untuk tahtib juga diadakan setiap tahun di negara ini.

Bahkan ada yang mengkampanyekan agar tahtib menjadi olahraga yang diakui dunia internasional. Praktik ini ditambahkan ke daftar Unesco pada 2016.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement