Selasa 16 Nov 2021 05:20 WIB

Israel Pantau Panggilan Telepon di Gaza dan Tepi Barat

Tiap ponsel yang diimpor ke Gaza melalui jalur Kerem Shalom memiliki bug di dalamnya

Rep: Puti Almas/ Red: Esthi Maharani
Mata-mata dan penyadapan arus data dan komunikasi (ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA.CO.ID
Mata-mata dan penyadapan arus data dan komunikasi (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Israel diduga dapat memantau setiap panggilan telepon dan percakapan yang dilakukan oleh orang-orang di Tepi Barat dan Gaza, yang secara khusus merupakan warga Palestina. Hal ini diungkapkan oleh seorang mantan anggota unit intelijen Israel.

Dilansir Middle East Eye, setiap ponsel atau telepon yang diimpor ke Gaza melalui jalur penyeberangan Kerem Shalom, memiliki bug dari Israel di dalamnya. Dengan demikian, siapapun yang menggunakan hanya dua jaringan seluler yang melayani wilayah pendudukan Israel di sana, yaitu Jawwal dan Wataniya dapat dipantau.

Baca Juga

Pada waktu tertentu, ratusan tentara mendengarkan percakapan yang sedang dilakukan. Pemantauan suara di telepon dibagi menjadi dua kelompok.

Menurut mantan intelijen Israel tersebut, yang pertama adalah warga Palestina yang aktif secara politik atau yang mewakili ancaman keamanan dalam pandangan Israel. Pemantauan tingkat kedua digunakan oleh Shin Bet, dinas keamanan domestik untuk menemukan ‘titik tekanan’ dalam masyarakat Palestina.

“Mungkin ada yang menemukan seorang pria selingkuh dari istrinya, atau tentang hutang, dan hal pribadi lainnya. Ini tentunya dapat menjadi informasi yang pada akhirnya membuat orang-orang tertentu saling bekerjasama,” ujar mantan agen intelijen tersebut.

Informasi dari mantan agen intelijen tersebut datang hanya beberapa saat setelah The Washington Post mengungkapkan tentang adanya Blue Wolf, teknologi pengenalan wajah yang memperingatkan tentara di pos pemeriksaan untuk menahan tersangka.

Pekerjaan dari sistem pengawasan massal ini dilakukan oleh tentara Israel yang belajar bahasa Arab sebagai bagian dari dinas militer. Mereka diawasi oleh tentara Druze atau tentara Yahudi keturunan Suriah yang bahasa ibu mereka adalah bahasa Arab.

Dari sana, para tentara Israel menyalin percakapan, yang kemudian tulisannya diterjemahkan dan dikirim ke unit intelijen tentara dan Shin Bet. Mantan agen intelijen itu mengatakan tidak ada batasan kemampuan Israel untuk menyerang kehidupan pribadi dan publik Palestina.

Lebih lanjut, mantan agen intelijen itu mengatakan tampaknya tidak ada batasan tentang apa yang dilakukan tentara dengan percakapan yang para tentara dengar. Para prajurit yang melakukan ini tidak menganggap tindakan pengawasan mereka sebagai masalah moral atau etika.

“Bahkan orang-orang di sekitar para prajurit itu, termasuk keluarga mengatakan itu pantas dilakukan. Tidak ada alasan tentara Israel berpikir apa yang mereka lakukan tidak baik,” jelas mantan agen intelijen Israel tersebut.

“Kadang-kadang ini adalah percakapan pribadi, bahkan mungkin percakapan intim. Orang-orang yang menjadi tentara di ketentaraan akan tertawa ketika mereka mendengar pembicaraan seks. Tentara menyimpan percakapan dan mengirimkannya ke teman-teman mereka. Ini adalah invasi yang sangat keras terhadap privasi setiap warga Palestina yang tinggal di sana,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement