Mengutip materi dari dr Denny AP MSc, dalam sebuah materi persentasinya di tahun 2020 dengan judul “Islam dan Upaya Pencegahan dan Promosi Kesehatan BLOK PBKM” bahwa kesehatan seseorang mengandung komponen yang holistik seperti sehata secara biologis, mental, sosial, dan spiritual.
“Tentunya kesehatan itu dapat jamaah dapat hanya dengan taat kepada intruksi mau menjalankan saran dari ahli yang telah dirangkumkan dalam Manasik Kesehata Haji.
Manusia yang sehat tentu memiliki kekuatan (Positive health) dalam hal ini kuat melakukan semua rangkaian manasik haji dari awal sampai akhir sesuai tuntutunan syariat Islam.
Praktik manasik kesehatan dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif (TSM). Budi Sylvana menuturkan, terstruktur artinya manasik kesehatan haji melibatkan perangkat otonomi daerah, sistematis artinya manasik kesehatan haji by sistem.
"Dan masif semua pihak terlibat sosialisasikan manasik sebagai tools menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi jamaah haji dari hulunya," katanya.
Tentang TSM ini merupakan bagian dari syariat. Menurut guru Tahfiz di Ponpes Mafatih dan juga Mahasiswa Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tangerang, Ustaz Syukur Penarangan Hasibuan ada empat tahapan manajemen, yaitu perencanaan (ahdaf), pelaksanaan (tatbiq), evaluasi (muhasabah), dan pengawasan (ar-riqobah) .
Tentang ahdaf ini sesuai Alquran surah Al-Hasyr ayat 18. Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang direncanakan untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (yang direncanakan)”.
Tentang tatbiq ini sesuai dengan Alquran surah Shaad ayat 26. Artinya:
“Hai Daud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang sangat berat, karena mereka melupakan hari perhitungan”.
Tentang ar-riqobah ini sesuai dengan Alquran surah Al-Infithaar ayat 10-12. Artinya :
“Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu). Yang mulia (disisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereke mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
“Dari ayat ini kita dapat ‘ibroh, setiap apa yang kita kerjakan selalu ada yang mencatat, pekerjaan yang baik maupun itu tercela. Maka pengawasan dalam perusahan sangatlah berperan penting, untuk mengetahui apa yang belum maksimal dalam menjalankan perusahaan tesebut”.