IHRAM.CO.ID, GURUGRAM -- Selama tiga bulan terakhir, kelompok Hindutva memblokir umat Islam setempat untuk melaksanakan sholat Jumat di tempat umum yang telah diizinkan pemerintah untuk digunakan.
Melihat kondisi ini, seorang pengusaha dari komunitas Hindu membuka tokonya untuk umat Islam di Gurugram yang tidak memiliki ruang untuk sholat Jumat. Inisiatif ini mendorong seorang gurudwara dan memutuskan menyediakan ruang bawah tanahnya untuk tujuan yang sama.
“Kami tidak akan menjadi penonton bisu atas apa yang telah terjadi,” kata pemimpin Gurudwara Sona Chowk, Sherdil Singh Sindhu.
Rumah ibadah ini dibangun pada 1934 dan diyakini sebagai tempat ibadah Sikh tertua di distrik Haryana, yang bersebelahan dengan Delhi. Apa yang dikatakan Singh ini mengacu pada peristiwa tiga bulan terakhir, dimana kelompok Hindutva berulang kali melarang umat Islam berkumpul untuk sholat Jumat.
Konflik dimulai pada 17 September, ketika kelompok sayap kanan Hindu yang dipimpin oleh Dinesh Bharti, pendiri kelompok lokal bernama Bharat Mata Vahini, mengangkat spanduk protesnya. Mereka meneriaki umat Islam yang berkumpul untuk beribadah di Sektor 47. Selama beberapa minggu berikutnya, agitasi ini menyebar ke Sektor 12 dan daerah lainnya.
Pada 26 Oktober, anggota Sanyukt Hindu Sangharsh Samiti, sebuah konsorsium dari 22 kelompok sayap kanan, mengajukan permohonan kepada Wakil Komisaris Gurugram. Mereka meminta pemerintah untuk menghentikan semua pembacaan doa atau ibadah di tempat umum.
Seminggu kemudian, mereka menyelenggarakan puja Govardhan di tempat di Sektor 12 di mana umat Islam berkumpul untuk berdoa. Jumat pagi berikutnya, 12 November, mereka berkumpul kembali dan menyatakan niat membangun lapangan voli. Menjelang sore, mereka pergi dengan meninggalkan kotoran sapi di lokasi itu.
Dilansir di Scroll, Kamis (18/11), di tengah maraknya intoleransi beragama ini, beberapa warga yang tergabung dalam komunitas lain akhirnya melangkah maju untuk menunjukkan solidaritas mereka. Kelompok ini berupaya menawarkan ruang sholat kepada umat Islam.
Langkah pertama dilakukan oleh Akshay Yadav, yang menjalankan bisnis wisata satwa liar. Pria berusia 40 tahun ini menyewakan ruang komersial di Sektor 12, tempat dia tinggal bersama keluarganya.
Jumat lalu, 12 November, Yadav memutuskan menawarkan penggunaan propertinya ke sebuah sekelompok kecil Muslim di lingkungannya. Karena mereka tidak ingin memasuki ruang pribadinya, umat Muslim pun menjalankan ibadah di tokonya.
“Saya membaca tentang apa yang terjadi di berita dan ingin melakukan apa pun yang saya bisa untuk mengurangi konflik yang sedang berlangsung, antara kelompok sayap kanan dan Muslim,” ujarnya.