IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana mengatakan, sudah saatnya layanan kesehatan haji memiliki banyak disiplin ilmu. Hal tersebut disampaikanya saat menjadi pembicara dalam simposium penguatan peran dokter spesialis kedokteran FISK dan Rehabilitasi di Rumah Sakit dalam mengantisipasi lamanya masa tunggu Jamaah Haji, Selasa (23/11).
"Bagaimana layanan kesehatan haji ini sebaiknya memang tidak eksklusif tidak hanya ditangani oleh single, tetapi multi disiplin ilmu," katanya.
Budi mengatakan, Indonesia memiliki banyak fasilitas kesehatan haji sebagai bentuk pemerintah peduli terhadap kesehatan jamaah haji. Fasilitas kesehatan berupa Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) berada di di Makkah, Madinah dan Jeddah.
"Kita juga mempunyai banyak fasilitas kesehatan di Saudi, seperti di Makkah Madinah dan Jedah," katanya.
Selain fasilitas kesehatan, Indonesia juga memiliki banyak posko kesehatan haji yang tersebar di Arafah, Muzdalifah dan Mina. Demi perbaikan pelayanan, Budi menerima masukan agar layanan kesehatan terus meningkat.
Budi berharap, mereka yang menjadi pelayan kesehatan dapat berkontribusi penuh terhadap kesehatan haji. Tujuannya untuk menyelesaikan persoalan-persoalan terkait dengan penyelenggara kesehatan haji.
"Cukup banyak masalah yang ditemukan di kesehatan haji," katanya.
Untuk itu Budi berharap ada yang memberikan masukan kepada lembaganya di Pusat Kesehatan Haji terutama terkait fasilitas kesehatan haji. Hal itu untuk penyempurnaan layanan kesehatan bagi jemaah.
"Cukup banyak pos-pos kesehatan dan petugas kesehatan kita di Arafah dan Mina," katanya.
Karena banyaknya pos-pos kesehatan itu, Indonesia mendapat apresiasi dari Pemerintah Arab Saudi. Mereka menilai Pemerintah Indonesia melalui Pusat Kesehatan Haji serius menangani masalah kesehatan pada jamaah haji.
"Kita memang mendapatkan apresiasi pihak Saudi bahwa kita dianggap serius dalam pelaksaan ibadah haji," katanya.