REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Para pemimpin Azerbaijan dan Armenia menyatakan kesiapannya untuk memulai proses demarkasi dan delimitasi di perbatasan mereka yang diperebutkan. Hal itu dicapai seusai pertemuan dengan presiden Rusia pada Jumat (26/11),
Setelah perang enam minggu tahun lalu, Azerbaijan merebut kembali Nagorno-Karabakh dan wilayah lain dari pendudukan Armenia selama hampir tiga dekade.
Perkembangan ini mengakibatkan pergeseran pos perbatasan, yang mengarah ke ketegangan baru antara negara-negara bekas Soviet pada Mei tahun ini.
Yerevan menuduh Azerbaijan maju ke wilayah Armenia. Sementara Baku menyatakan bahwa pasukannya mengambil posisi baru di sisi perbatasan Azerbaijan. Armenia kemudian mengundang Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif, blok politik-militer yang dipimpin Rusia, untuk melakukan intervensi.
Sejak itu, Rusia, yang menengahi perjanjian gencatan senjata November 2020 yang mengakhiri perang tahun lalu telah menengahi pembicaraan antara Azerbaijan dan Armenia untuk mengakhiri konflik.
Mereka juga telah mengerahkan misi penjaga perdamaian ke wilayah tersebut.
Pada pertemuan trilateral di kota resor Rusia Sochi, Vladimir Putin, Ilham Aliyev, dan Nikol Pashinyan sepakat bahwa kemajuan signifikan telah dibuat di pemukiman Nagorno-Karabakh selama setahun terakhir.
Putin mencatat tidak adanya permusuhan skala besar, kembalinya sekitar 53 ribu pengungsi, dan pertukaran tahanan. "Yang paling penting adalah sedang diciptakan kondisi untuk normalisasi," tutur dia.
Dia menyambut baik keputusan para pemimpin Armenia dan Azerbaijan untuk bertemu di Brussel bulan depan, dan mengatakan komunikasi langsung akan membantu menormalkan situasi. "Bagi Moskow, normalisasi antara Armenia dan Azerbaijan sangat penting, dengan mempertimbangkan "karakter khusus" hubungan Rusia dengan negara-negara ini," lanjut presiden Rusia.
Sebelumnya, Putin menyesalkan bentrokan bersenjata yang terus berlanjut di wilayah Nagorno-Karabakh meskipun ada perjanjian damai, yang menyebabkan lebih banyak korban.
Baku sarankan perjanjian damai
Berbicara kepada Putin dan Pashinyan, Aliyev mengatakan situasi di daerah di bawah pasukan penjaga perdamaian Rusia stabil, tanpa insiden serius atau provokasi yang disengaja. "Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada kontingen penjaga perdamaian Rusia atas pelayanan mereka yang baik, mereka memberikan keamanan di kawasan itu, yang selama bertahun-tahun berada dalam keadaan konflik yang membeku, dan tahun lalu menyaksikan perang skala penuh," tutur dia.
Dia mengatakan atas dedikasi Azerbaijan, hampir semua ketentuan perjanjian gencatan senjata trilateral Rusia-Armenia-Azerbaijan telah terpenuhi.
Sumber, https://www.aa.com.tr/id/dunia/armenia-dan-azerbaijan-siap-mulai-delimitasi-di-perbatasan/2431976.
Aliyev mengatakan Baku siap untuk memulai proses delimitasi perbatasan tanpa penundaan, dan menyarankan bekerja pada perjanjian damai baru antara Armenia dan Azerbaijan untuk mengakhiri perselisihan, mengakui integritas teritorial masing-masing, kedaulatan dan hidup di masa depan sebagai tetangga."
Sementara Pashinyan juga memuji kerja pasukan penjaga perdamaian Rusia, dan mengatakan "mereka memainkan peran kunci dalam menstabilkan situasi di Nagorno-Karabakh dan di kawasan itu. "Tetapi saya ingin menekankan bahwa sayangnya, situasinya tidak sestabil yang kita inginkan sejak 9 November, puluhan orang telah meninggal di kedua sisi," tutur dia.
Selain masalah delimitasi perbatasan, Pashinyan menawarkan untuk membahas masalah tahanan dan tawanan perang.
Pemukiman Nagorno-Karabakh harus dipertimbangkan dalam format yang berbeda, termasuk kontak langsung, tekan dia. "Armenia siap untuk memulai proses delimitasi dan demarkasi, dan diskusi tentang pembukaan transportasi juga penting bagi kami. Kami sangat tertarik untuk menyelesaikan masalah ini," kata Pashinyan.
"Kami tertarik untuk membuat perjanjian damai, dan kontak langsung direncanakan antara pejabat Azerbaijan dan Armenia," jelas dia.