Selasa 30 Nov 2021 16:37 WIB

Generasi Muda NU Gelar Mudzakarah Nasional

Mudzakarah Nasional mendiskusikan keberperanan NU di tengah perubahan masyarakat.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Agung Sasongko
Sekretaris Jenderal Majelis Alumni IPNU  Asrorun Ni’am Sholeh
Foto:

Menanggapi soal waktu pelaksanaan muktamar, Niam menegaskan hal itu adalah domain PBNU, sepelik apapun masalah, dalam tradisi NU selalu ada jalan terbaik untuk menyelesaikan, apalagi soal tanggal pelaksanaan. Majelis alumni menyerahkan kepada PBNU dan para masyayikh.

Kematangan khazanah keagamaan pasti akan memandu guna mencari titik temu dan jalan keluar. Metode "aljam'u wat taufiq" (komromi dan konsensus) serta Kaedah fikih "Dar'ul mafasid muqaddamun 'ala jalb al-mashalih", (mencegah mafsadah didahulukan dari pada menarik kemenfaatan) menjadi salah satu pemandunya. 

"Di samping pertimbangan teknis, ada pertimbangan spiritual yang perlu ditempuh. Setelah mempertimbangan aspek keselamatan dari pandemi, aspek kesiapan teknis kepanitiaan, selanjutnya, istikharah dan tawakkal," tutup Sekretaris SC Muktamar ini berharap. 

Panitia Pengarah Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama Prof Muhammad Nuh menjelaskan kegiatan Muktamar Ke-34 berupaya menyiapkan peta jalan utama untuk melahirkan pembaharu. Muktamar ini momentum untuk menyiapkan fondasi Generasi muda.

"Ini menjadi bagian integral dari pembaharuan itu adalah kemandirian dalam perkhidmatan kepada masyarakat. Mandiri, menurutnya, bukan sekadar secara pengetahuan saja, melainkan kesatuan pengetahuan, pola pikir, dan perilaku," ujar pria yang pernah menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2009-2014 itu, melalui keterangan tertulisnya kepada Republika, Selasa (30/11).

Ia bertekad NU memiliki sebuah ekosistem tersendiri di usianya ke-100. Ekosistem tersebut mencakup sistem dakwah, layanan kesehatan, hingga pusat perekonomian. 

Oleh karena itu, semangat yang harus dibangun dalam mewujudkan cita bersama itu adalah spirit kekitaan, bukan lagi personal. "Kedepan, tidak ada lagi saya. Sebab yang ada hanyalah kita," katanya.

Jembatan menuju kemandirian itu juga harus dibangun oleh orang-orang yang sudah expert. Sebab, pembangunan rumah sakit, misalnya, tidak cukup dengan hanya niat dan tekad, tetapi juga membutuhkan modal, pelaksanaan pembangunannya, hingga pengelolaannya, bukan sekadar percobaan. 

"Expert itu tahu persoalan dan jawaban dan melaksanakan," kata Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement