Meskipun tidak ikut menyertai Alp Arslan di Perang Manzikert, Nizam tetap menjadi salah satu orang terdekat sang penguasa Seljuk. Berkat kehebatan dan kecakapannya sebagai pegawai negara, ia pun menjadi pejabat kaliber tinggi. Pendapat dan nasihatnya selalu didengar oleh Sultan.
Setelah raja tersebut meninggal dunia, perebutan kekuasaan sempat terjadi di antara kubu-kubu militer.Tanpa takut, Nizam mengumumkan wasiat almarhum, yakni takhta Seljuk hanya diberikan kepada Malik Shah, seorang putra Alp Arslan.
Sultan Malik Shah masih berusia 18 tahun kala itu. Alhasil, Nizam berperan besar. Ia dipercaya mengurus pemerintahan dan menjalankan keputusan politik. Bagi sang sultan, perdana menterinya itu bagaikan ayahnya sendiri.
Pada periode itu, Nizam menerapkan pelbagai kebijakan publik. Di antaranya ialah mendirikan sekolah-sekolah tinggi di banyak kota, termasuk Baghdad. Lembaga itu akhirnya dikenal sebagai Madrasah Nizamiyah. Sebagai penganut mazhab Syafii dan Asy'ariyah, ia pun berupaya menyebarkan kedua paham tersebut di setiap institusi madrasah
Selain dunia pendidikan, perhatiannya juga pada sektor ekonomi dan keumatan. Di era kepemimpinannya, Nizam pernah menghapuskan pajak yang tidak dikenai sanksi syariat (khumus). Ia pun memperluas kawasan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, serta membuat sekaligus mengamankan jalur perjalanan haji dari Irak ke Hijaz.Di sela-sela kesibukannya, wazir yang wafat pada 14 Oktober 1092 itu sempat menulis beberapa karya.Sebut saja, Siyasatnama (Buku Pemerintahan), yang berisi petuah- petuah untuk penguasa.