IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Dalam tafsir Surah Al-A'raf Ayat 59 dijelaskan bahwa manusia pada masa antara Nabi Adam dan Nabi Nuh mulai membangun peradabannya. Manusia pada awalnya masih menyembah Allah menurut agama yang dibawa oleh Nabi Adam.
Tetapi lama-kelamaan karena kesibukan duniawi, mereka mulai menjauhkan diri dari agama sehingga semangat beragama mulai menurun. Maka diutuslah Nabi Nuh untuk memberi peringatan kepada mereka agar kembali ke jalan Allah yakni jalan untuk keselamatan mereka di dunia dan akhirat.
لَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَقَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ اِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيْمٍ
Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia berkata, "Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang dahsyat (kiamat). (QS Al-A'raf: 59).
Dalam penjelasan Tafsir Kementerian Agama, pada ayat ini Allah menceritakan tentang kisah Nabi Nuh dan kerasulannya. Pada masa antara Nabi Adam dan Nabi Nuh dunia mulai membangun peradabannya. Manusia mula-mula masih menyembah Allah menurut agama yang dibawa oleh Nabi Adam. Tetapi lama-kelamaan karena kesibukan dalam kehidupan duniawi mereka mulai menjauhkan diri dari agama, sehingga semangat beragama mulai menurun.
Ajaran tauhid yang bersemi di hati sanubari mereka mulai pudar. Patung-patung dari pemimpin-pemimpin mereka yang semula dibuat untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa mereka, mereka jadikan sembahan atau sekutu Allah, karena menurut paham mereka patung-patung itu dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah. Akhirnya mereka lupa kepada Allah, dan memandang bahwa patung-patung itulah tuhan yang diharapkan kebaikannya, dan dimohon nikmat anugerah dan ditakuti siksaannya.