Senin 20 Dec 2021 00:53 WIB

Menelusuri Warisan Monumental dan Abadi Imam Ghazali

al-Ghazali memiliki masa kecil yang mewajibkannya berjuang melawan kemiskinan.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agung Sasongko
Rumah ini menjadi saksi bisu penulisan karya monumental al-Ghazali di bidang tasawuf, yaitu Ihya

Al-Ghazali menulis lebih dari 70 buku tentang filsafat, tasawuf dan sains, salah satunya adalah Incoherence of Philosophers, sebuah kritik pedas terhadap para filsuf yang berafiliasi dengan sekolah Yunani. Salah satu bukunya The Alchemy of Happiness disebut sebagai salah satu karya terbesar yang berisi tentang diri, pengetahuan tentang Tuhan, pengetahuan tentnag dunia dan akhirat. 

Sejarawan dan penulis Mohammad Reza Abouee Mehrizi mengatakan, Al-Ghazali adalah seorang ulama terkemuka pada masanya, seorang filsuf dan teolog terkemuka yang memilih jalan yang berbeda dari (cendekiawan) Avicenna dan Farabi, memenangkan penggemar dan kritikus. Bagi sebagian orang, al-Ghazali juga merupakan sosok yang kontroversial, karena ia menentang banyak filosof Muslim terkenal seperti dokter, astronom, dan filsuf Muslim abad ke-11 Ibnu Sina, yang dikenal di Barat sebagai Avicenna, dan pemikir dan ilmuwan sebelumnya Abu Nasr Al. -Farabi, keduanya adalah pendukung filsafat Yunani.

Al-Ghazali mengajukan pertanyaan tentang rasionalitas dan logika filsafat Yunani dan mengkritik para pendukung Muslim dari aliran Aristoteles, sebelum melanjutkan untuk menyajikan versinya sendiri tentang "rasionalitas." Dalam karya, The Incoherence of Philosophers, al-Ghazali menulis bahwa "mereka menolak untuk puas dengan agama yang dianut oleh nenek moyang mereka," mengacu pada Avicenna dan Farabi.

Perdebatan terus berlanjut antara pendukung dan pengkritiknya selama 10 abad setelah kematiannya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement