Selasa 21 Dec 2021 07:15 WIB

Pengertian Istitha'ah Menurut Imam Malik

Ibadah haji hanya dikerjakan bagi Muslim yang mampu (istitha'ah).

Rep: Ali Yusuf/ Red: Ani Nursalikah
Pengertian Istithaah Menurut Imam Malik
Foto: Republika
Pengertian Istithaah Menurut Imam Malik

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Ibadah haji hanya dikerjakan bagi Muslim yang mampu (Istithaah). Syaikh Sa'id bin Abdul Qadir Salim Basyanfar dalam kitabnya Al-Mughnie menuliskan, pengertian Istithaah yang terkenal dalam mazhab Maliki dan difatwakan Imam Malik sendiri adalah.

"Memungkinkannya sampai ke tempat tujuan tanpa ada hambatan," katanya.

Baca Juga

Isitha'ah bisa sampai tujuan dengan mudah tanpa halangan yang benar-benar berat melebihi perjalanan biasa dan disertai adanya jaminan keamanan bagi jiwa dan harta bendanya. Menurut mazhab Maliki, tidak disyaratkan adanya perbekalan dan kendaraan. 

Bahkan di kalangan mereka, ibadah haji itu wajib bagi yang mampu berjalan kaki dan punya keterampilan khusus untuk memenuhi keperluan sehari-harinya selama perjalanan haji. "Seperti pemandu unta, tukang jahit, tukang kayu dan tukang bangunan, atau keahlian yang serupa," kataya.

 

Imam Malik berkata dalam kitab Muhammad dan ketika mendengarkan Imam 'Ashab. Saat itu beliau ditanya tentang firman Allah SWT surat Ali Imran ayat 97 yang artinya.

"Bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah."

"Apakah maksud mampu (istitha'ah) itu perbekalan dan kendaraan?" Beliau menjawab.

"Bukan. Demi Allah! Maksud ayat itu tiada lain adalah kemampuan manusia itu sendiri. Seringkali ada orang yang mempunyai perbekalan dan kendaraan tetapi ia tidak mampu bepergian. Sementara itu, ada yang mampu berjalan kaki sedangkan ia tidak memiliki perbekalan dan kendaraan."

Dalam masalah itu tidak ada definisi atasan yang paling jelas kecuali firman Allah SWT, "Bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah."

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَاِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْۗ وَنُقِرُّ فِى الْاَرْحَامِ مَا نَشَاۤءُ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔاۗ وَتَرَى الْاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَنْۢبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ
Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah.

(QS. Al-Hajj ayat 5)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement