Rabu 22 Dec 2021 13:21 WIB

PBB: 160 Orang Tewas Saat Lewati Laut Tengah dalam Sepekan

Laut Tengah menjadi rute migran paling mematikan ke Eropa

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Migran
Foto: AP/Joan Mateu
Migran

IHRAM.CO.ID, TRIPOLI – Juru bicara Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan lebih dari 160 orang tewas dalam insiden tiga kapal yang meninggalkan Libya dalam sepekan terakhir. Pada Jumat lalu delapan orang berhasil diselamatkan tetapi 102 orang masih hilang.

Kemudian pada Ahad, peristiwa serupa terjadi. Sebanyak 201 orang diselamatkan tetapi penjaga pantai menemukan 61 jenazah. Semua orang yang selamat dibawa kembali ke Libya. Kematian yang dilaporkan selama sepekan telah menambah bencana terbaru di Laut Mediterania oleh mereka yang bepergian ke Eropa.

Baca Juga

Tahun ini, proyek migran hilang IOM telah mencatat 1.508 kematian di rute Mediterania tengah. Namun, dengan perkiraan minimum karena banyak kematian yang tidak tercatat, jumlah sebenarnya kemungkinan akan lebih tinggi.

Sejak 2014, rute migrasi paling mematikan ke Eropa ini telah membuat 22.825 orang dilaporkan hilang atau meninggal. Libya telah menjadi titik transit utama bagi orang-orang yang menyeberang dari Afrika dan Timur Tengah ke Eropa karena kedekatannya dengan Italia.

Sejak relovusi 2011, Libya telah menderita konflik dan ketidakstabilan sehingga menyebabkan ledakan penyeludupan manusia. Sementara itu banyak orang yang menderita karena mencoba menyeberangi Laut Tengah, para pedagang manusia diuntungkan dari meningkatnya kebutuhan untuk meninggalkan kemiskinan atau negara-negara yang dilanda perang dengan memasukkan orang-orang ke dalam perahu karet yang tidak aman.

Dilansir Middle East Eye, Rabu (22/12), mereka yang dikembalikan ke Libya dibawa ke kamp-kamp penahanan yang telah diselidiki atas kejahatan terhadap kemanusiaan setelah laporan pelecehan, termasuk kerja paksa, pemukulan, penyerangan seksual dan penyiksaan.

Pada beberapa kesempatan, para pedagang akan memeras uang dari keluarga sebelum mereka dapat meninggalkan Libya dengan perahu karet. Bulan lalu, kelompok hak asasi manusia meminta Pengadilan Kriminal Internasional untuk melihat perlakuan terhadap migran dan pengungsi di Libya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement