IHRAM.CO.ID, KABUL -- Museum Nasional Afghanistan menyambut pengunjung dan memamerkan artefak pra-Islam setelah mendapat restu Taliban. Hal ini sangat kontras ketika kelompok garis keras itu menggeledah dan menutup fasilitas itu di masa akhir saat mereka berkuasa 1996-2001.
Banyak warga berjalan di sekitar ruang pameran yang luas di Kabul. Mereka kagum pada harta karun yang dipamerkan, mulai dari tembikar Zaman Batu yang dicat hingga koin kuno dan barang-barang keagamaan.
"Adalah bawaan sejak lahir pada manusia bahwa mereka menghargai sejarah mereka. Saya ingin tahu lebih banyak tentang sejarah negara saya. Ini memiliki tempat khusus di hati saya," kata Rahmatullah, salah seorang pengunjung, setelah dengan seksama memeriksa koleksi pedang berusia 2.000 tahun.
Museum dibuka kembali pada akhir November dengan izin dari kementerian informasi dan budaya baru Taliban, sekitar tiga bulan setelah kelompok Islamis itu merebut kembali kekuasaan dan mengakhiri pemberontakan mereka selama dua dekade. Beberapa artefak yang dipamerkan secara terbuka pada dasarnya bertentangan dengan ideologi radikal Taliban, termasuk koleksi tembikar yang menampilkan gambar hewan dan manusia.
Selama pemerintahan pertama mereka pada 1996-2001, para pejuang Taliban menghancurkan barang-barang termasuk patung-patung di museum, sementara puluhan ribu barang dijarah dan tidak pernah ditemukan kembali. Pada periode itu, para Islamis juga meledakkan patung Buddha raksasa berusia 1.500 tahun di lembah Bamiyan tengah.