IHRAM.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) pada Rabu (29/12) menunjuk mantan pejabat Departemen Luar Negeri, Rina Amiri, sebagai utusan khusus untuk perempuan Afghanistan, anak perempuan, dan hak asasi manusia. Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengatakan, utusan khusus tersebut akan menangani isu-isu penting terkait hak asasi manusia dan kebebasan fundamental perempuan di Afghanistan.
"Kami menginginkan Afghanistan yang damai, stabil, dan aman, di mana semua warga Afghanistan dapat hidup dan berkembang dalam inklusivitas politik, ekonomi, dan sosial. Utusan Khusus Amiri akan bekerja sama dengan saya untuk mencapai tujuan itu," ujar Blinken, dilansir Anadolu Agency, Kamis (30/12).
Amiri bertugas di Departemen Luar Negeri di bawah pemerintahan mantan Presiden Barack Obama. Selain itu, Blinken juga menunjuk Stephenie Foster sebagai penasihat senior untuk masalah perempuan dan anak perempuan dalam tim Koordinator Upaya Relokasi Afghanistan (CARE) Departemen Luar Negeri. Blinken optimistis, dua perempuan yang dia tunjuk sebagai utusan tersebut akan memajukan pekerjaan vital Departemen Luar Negeri.
"Dua pemimpin yang sangat berkualitas dan dihormati akan memajukan pekerjaan vital Departemen Luar Negeri untuk mendukung perempuan, anak perempuan, dan hak asasi manusia Afghanistan," kata Blinken.
Sebelumnya, sekelompok perempuan Afghanistan menggelar aksi protes dan menyerukan agar hak-hak mereka dihormati. Sekitar 30 perempuan berkumpul di dekat sebuah masjid di pusat Kabul pada Selasa (28/12), sambil meneriakkan "keadilan, keadilan".
Aksi para perempuan itu kemudian dihentikan oleh pasukan Taliban. Selain itu, Taliban juga berusaha mencegah wartawan meliput aksi tersebut. Pejuang Taliban menahan sekelompok wartawan dan menyita peralatan dari beberapa fotografer. Taliban juga menghapus foto-foto dari kamera para fotografer sebelum mengembalikannya.
Para pengunjuk rasa menyampaikan protes terhadap pembatasan yang dihadapi perempuan di bawah kepemimpinan Taliban. Belum lama ini, Taliban mengeluarkan pedoman baru yang melarang wanita bepergian jauh, kecuali dikawal oleh kerabat pria.
“Hak-hak perempuan adalah hak asasi manusia. Kami harus mempertahankan hak kami,” ujar seorang pengunjuk rasa Nayera Koahistani, dilansir Aljazirah.
Ketua Jaringan Wanita Afghanistan, Mahbooba Saraj, mengatakan, pedoman baru yang dikeluarkan oleh Taliban menyulitkan kaum perempuan yang tidak memiliki mahram atau wali laki-laki untuk menemani mereka. “Ini adalah cara lain untuk menempatkan pembatasan pada wanita tanpa alasan yang jelas,” kata Saraj.
Rekaman video yang diunggah di media sosial pada Selasa menunjukkan aksi protes kelompok perempuan lainnya di Kabul. Aksi protes itu juga menyerukan agar perempuan diizinkan mendapatkan pendidikan dan kesempatan kerja. Pejuang Taliban secara tiba-tiba melepaskan tembakan ke udara untuk mengakhiri aksi protes tersebut.
Para pemimpin Taliban telah berusaha untuk memproyeksikan citra yang lebih moderat dalam beberapa bulan terakhir. Mereka berjanji bahwa, perempuan dan anak perempuan dapat bersekolah dan bekerja sesuai dengan hukum Islam.
Namun, janji tersebut tidak ditepati. Di sejumlah provinsi, Taliban tidak mengizinkan anak perempuan sekolah menengah untuk kembali ke kelas.