Senin 03 Jan 2022 16:27 WIB

Kudeta Sudan, Kontroversi Abdalla Hamdok Hadapi Masa Sulit

Hamdok telah melalui berbagai tantangan di masa jabatannya sebagai perdana menteri

Rep: Puti Almas/ Red: Esthi Maharani
Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok menyampaikan pernyataan di kanselir federal Jerman di Berlin, Jerman, 14 Februari 2020 (diterbitkan kembali 25 Oktober 2021).
Foto:

Hamdok, yang akan memimpin pemerintahan sipil teknokrat untuk masa transisi, mengatakan telah menyetujui kesepakatan untuk menghentikan pertumpahan darah. Namun koalisi sipil yang berbagi kekuasaan dengan militer sebelumnya mengatakan pihaknya menentang setiap pembicaraan dan menyerukan protes untuk dilanjutkan.

Hingga saat ini, Hamdok mengundurkan diri pada Ahad (2/1), mengumumkan secara resmi hanya beberapa jam setelah pembunuhan dua pengunjuk rasa membuat korban tewas sejak dimulainya kudeta militer menjadi 56.

Kesepakatan Hamdok dengan Burhan dinilai gagal memadamkan protes massal anti-pemerintah di jalan-jalan di sepanjang Khartoum, yang terus berlanjut terhadap. Banyak pengunjuk rasa yang mengecam perjanjanjian itu sebagai pengkhianatan, yang menyebabkan setidaknya sebagian pengunduran dirinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement