IHRAM.CO.ID,
مَنْ رَآنِي فِي المَنَامِ فَسَيَرَانِي فِي اليَقَظَةِ، وَلاَ يَتَمَثَّلُ الشَّيْطَانُ بِي
“Barangsiapa melihatku dalam mimpi maka ia akan bertemu denganku dalam keadaan terjaga dan setan tidak dapat menyerupaiku.” (HR Bukhari).
Menurut Syeikh Hasan Muhammad Syaddad, hadits di atas menegaskan jika seseorang bermimpi bertemu Rasulullah, maka mimpinya adalah benar, bukan mimpi yang berdasar pada khayalan atau dari rekayasa setan. Dalam kitab Kaifiyah al-Wushul li Ru’yati Sayyidina ar-Rasul, Syeikh Hasan menjelaskan,
ومعنى الأحاديث أنّ رؤياه صلّى الله عليه وآله وسلّم صحيحة وليست بأضغاث أحلام ولا من تشبيهات الشيطان
“Makna hadits di atas: sesungguhnya mimpi bertemu Nabi adalah mimpi yang benar, bukan mimpi yang sia-sia dan juga bukan hasil penyerupaan setan,” (Syekh Hasan Muhammad Syaddad, Kaifiyah al-Wushul li Ru’yati Sayyidina ar-Rasul, hal. 21)
“Maka dapat disimpulkan bahwa orang yang bermimpi bertemu Rasulullah tidak dapat disepelekan, karena mimpinya adalah mimpi yang benar secara syara’,” jelas Anggota Dewan Komisi Fatwa MUI Jawa Timur M. Ali Zainal Abidin, yang dikutip Republika, Senin (6/12).