Senin 10 Jan 2022 09:10 WIB

Perbedaan Kesesatan Dahulu dan Sekarang

Pemikir Turki, Badiuzzaman Said Nursi sebut kesasatan bersumber dari kekufuran

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Sains (ilustrasi)
Foto: Piqsels
Sains (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Ulama dan pemikir asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi mengatakan, berbagai bentuk kesesatan yang bersumber dari kekufuran mutlak dan sains, serta pembangkangan yang diakibatkan oleh kekufuran masa lalu dipandang sebagai bentuk keruntuhan yang tidak seberapa jika dibandingkan dengan kondisi masa sekarang.

Maka, menurut Nursi, dalil dan pelajaran yang diberikan oleh ulama Islam ketika itu telah cukup untuk menjawab kebutuhan masa mereka sebab, kekufuran di masa mereka dibangun di atas keraguan.

"Para ulama itu dengan cepat dapat membantahnya karena iman kepada Allah masih tertanam kuat di tengah-tengah masyarakat," ujar Nursi dikutip dari buku berjudul "Khutbah Syamiyah: Manifesto Kebangkitan Umat Islam" terbitan Risalah Nur Press.

Nursi melanjutkan, ulama dahulu sangat mudah membimbing mereka kepada jalan hidayah dan menyelematkan mereka dari kebodohan dan kesesatan. Hal itu dengan cara mengingatkan manusia kepada Allah dan mengingatkan pada azab-Nya.

"Maka, banyak orang yang kemudian meninggalkan kesesatan mereka," ucap Nursi.

Adapun saat ini, kata dia, kondisinya sudah berubah. Jika pada masa lalu dalam satu negeri hanya terdapat satu orang yang tidak percaya kepada Tuhan, namun sekarang dalam satu wilayah ditemukan sebanyak seratus orang yang kufur dan ingkar. Bahkan, jumlah orang yang tersesat semakin bertambah karena tertipu oleh sains dan pengetahuan modern. Menurut Nursi, mereka seratus kali lebih  menentang berbagai hakikat iman dibandingkan dengan generasi masa lalu.

"Nah, karena orang-orang yang keras kepala itu menentang berbagai hakikat iman dengan penuh kesombongan seperti Firaun dan penyesatan yang mengkhawatirkan, maka mereka harus dihadapi dengan hakikat-hakikat suci yang berkekuatan bom atom agar prinsip dan landasan mereka di dunia ini hancur serta sikap mereka yang melampaui batas berakhir," jelas Nursi.

"Bahkan kemudian ada sebagian dari mereka yang tunduk dan beriman," imbuh Nursi.

Pemikiran ini ditulis Nursi pada masa hidupnya. Said Nursi sendiri lahir di Desa Nurs, Provinsi Bitlis, Turki pada 1877 M. Ia berasal dari suku Kurdi. Masyarakat menggelarinya bediuzzaman. Artinya, 'keajaiban zaman.'

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement