IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi'i Jember, Ustadz Abdullah Zaen Lc.,MA menilai, dakwah itu tidak boleh sekedar bermodal nekat dan semangat. Namun harus berbekal ilmu yang beragam.
"Ilmu tentang konten dakwah yang akan disampaikan. Ilmu mengenai objek dakwah yang akan didakwahi. Ilmu tentang level kekuatan atau kelemahan dai sendiri. Yang terakhir ini diistilahkan oleh Syaikh Shalih Alu Syaikh hafizhahullah dengan term Fiqh al-quwwah wa adh-dha’f," kata Ustadz Abdullah dalam keterangan persnya, Selasa (11/1/2022).
Ustadz menjelaskan, lebih dari 13 tahun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdakwah di kota Makkah. Tidak pernah sekalipun tercatat dalam sejarah, beliau merusak ratusan berhala yang bertebaran di sekeliling Ka’bah.
Bahkan sekedar ‘iseng’ mencolek patung atau menendang sesaji, tidak pernah beliau lakukan. Padahal berhala itu jelas-jelas simbol kesyirikan, dosa terbesar yang tak diampuni Allah. Namun beliau justru berkonsentrasi dan fokus membangun pondasi akidah, sembari mengiringinya dengan penerapan akhlak mulia terhadap masyarakat.
Ustadz mengatakan, Beliau adalah sosok yang amat bijaksana dan dibimbing wahyu Allah. Beliau begitu memahami bahwa kaum muslimin di fase Makkah dalam kondisi lemah dan minoritas. Jika melakukan tindakan yang tidak terukur, bisa berakibat fatal. Yakni dihabisinya umat Islam tanpa tersisa hingga akar-akarnya.
"Sirah Nabawiyyah itu intinya bukan menghapal jumlah pasukan kaum muslimin dan kaum musyrikin saat perang A atau perang B. Bukan pula sekedar menghapal nama atau tahun peristiwa C dan peristiwa D. Namun Sirah Nabawiyyah dicatat untuk dipahami, direnungi dan diambil pelajarannya, guna diaplikasikan di tengah kehidupan kita," ucap ustaz lulusan S2 jurusan Aqidah, Universitas Islam Madinah ini.