Rabu 12 Jan 2022 06:56 WIB

Fatima Sheikh, Guru Muslimah Pertama India Yang Terlupakan

Kontribusi Muslim seperti Fatima Sheikh berusaha diharapus dalam sejarah India

Rep: Rossi Handayani / Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Subarkah
Fatima Sheikh,pelopor pendidikan kaum perempuan India.
Foto:

 

Warisan Fatima Sheikh terkait erat dengan warisan Savitribai dan Jotirao Phule, pasangan suami-istri, yang memulai sekolah pertama untuk anak perempuan di India pada 1848 di negara bagian Maharashtra, yang terpadat kedua.

 

Phule adalah Sudra, kasta yang lebih rendah, dan menghadapi perlawanan keras untuk pekerjaan mereka. Ini termasuk advokasi untuk pendidikan perempuan dan menantang cengkeraman kasta atas Brahmana Hindu.

 

Pada pertengahan abad ke-19 dan bahkan sampai jauh kemudian, sudah menjadi hal biasa bagi para Brahmana untuk melarang orang dari komunitas lain untuk mendapatkan pendidikan. Masyarakat secara kaku dibagi berdasarkan kasta, komunitas, dan gender.

 

Bahkan keluarga Jotirao Phule sendiri menentangnya, ketika dia bersikeras agar istrinya, Savitribai, belajar membaca dan menulis.

 

Phule dipaksa keluar dari rumah mereka, Fatima dan saudara laki-lakinya, Usman Sheikh, yang memberi mereka perlindungan di rumah mereka di kota Pune. Di rumah Syekh itulah sekolah khusus perempuan pertama, Perpustakaan Pribumi, dibuka.

 

“Di sini, Savitribai Phule dan Fatima Sheikh mengajar komunitas Dalit yang terpinggirkan dan wanita Muslim serta anak-anak yang ditolak pendidikannya berdasarkan kelas, agama, atau gender,” kata Google.

 

Bagi Fatima Sheikh dan Savitribai, tidak mudah meyakinkan orang tua untuk mendaftarkan putri mereka. Sheikh menghabiskan waktu berjam-jam pergi dari pintu ke pintu untuk meyakinkan tetangganya. Itu pasti saat-saat yang sulit.

 

“Meskipun pria dan wanita kasta atas melemparkan lumpur dan kotoran sapi ke arahnya dan melewati segala macam pelecehan saat dia berjalan di jalanan, Fatima Sheikh mengejar tujuannya,” tulis Ankita Apurva di Live Wire.

 

Islam mendorong mendidik baik pria maupun wanita, tetapi beberapa keluarga Muslim melarang anak perempuan pergi ke sekolah. Pembagian kelas berarti bahwa orang-orang seperti Syekh yang berasal dari keluarga petani, menghadapi rintangan mereka sendiri.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement