IHRAM.CO.ID, TEL AVIV -- Otoritas Israel mengeluarkan keputusan untuk menghancurkan sebuah masjid yang sedang dibangun di kota Issawiya, di timur laut Yerusalem. Sumber-sumber lokal mengatakan, otoritas Israel akan membongkar Masjid Al-Taqwa dalam waktu 15 hari.
Dilansir Middle East Monitor, Jumat (14/1/2022), sumber itu menambahkan, Masjid Al-Taqwa dibangun di atas tanah seluas 300 meter yang tidak terpakai dan telah diabaikan oleh otoritas Israel. Namun, ketika warga Palestina mulai membangun masjid, otoritas Israel menghentikan pekerjaan konstruksi tersebut.
Selain masjid, otoritas Israel juga membongkar dua rumah dan jaringan listrik di desa Beit Dajan di timur Nablus. Militer Israel telah melakukan kegiatan pembongkaran di Tepi Barat yang diduduki untuk membangun pemukiman Yahudi yang dianggap ilegal oleh PBB.
Pada Agustus, pihak berwenang Israel menghancurkan bangunan milik warga Palestina, atau bahkan memaksa mereka untuk menghancurkan rumahnya sendiri. Israel telah menyita 118 bangunan milik Palestina di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur. Langkah ini telah membuat 191 warga Palestina mengungsi, termasuk 116 anak-anak, dan mempengaruhi mata pencaharian mereka.
Di bawah Kesepakatan Oslo 1995 antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Tepi Barat dan Yerusalem Timur, dibagi menjadi tiga bagian yaitu Area A, B, dan C. Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), sebanyak 768 bangunan Palestina di Area C dan Yerusalem Timur yang diduduki, telah dihancurkan oleh Israel antara Januari dan November 2021.
Desember lalu, komite perencanaan Israel menunda persetujuan lebih lanjut terhadap proyek pembangunan pemukiman Yahudi besar-besaran di Yerusalem Timur. Sebelumnya, komite tersebut memberikan persetujuan awal terhadap proposal pembangunan 9.000 rumah untuk pemukim Yahudi.
Komite perencanaan Israel kembali melakukan pertemuan, dan memutuskan untuk tidak memberikan persetujuan lebih lanjut. Mereka beralasan, pembangunan permukiman bagi pemukim Yahudi membutuhkan studi lingkungan.
Kritikus berpendapat, pembangunan yang diusulkan antara Yerusalem Timur dan kota Ramallah Palestina di Tepi Barat, akan semakin meredupkan harapan Palestina untuk membentuk negara masa depan. Wilayah tersebut pernah menjadi bandara dan dikenal oleh orang Israel sebagai Atarot.
Komite kota Yerusalem mengajukan proyek tersebut pada 24 November 2021. Hal ini menarik spekulasi media Israel bahwa, Perdana Menteri Naftali Bennett dapat bergerak untuk mendapatkan persetujuan akhir, agar menghindari gesekan dengan Washington atas masalah pemukiman.