IHRAM.CO.ID, Oleh: Ustadz Hasan Basri Tanjung
Sungguh, tiada kejadian yang memilukan dalam hidup ini, kecuali akan berujung kegem biraan. Sebab, bukan setelah kesusahan baru ada kemudahan, tetapi setiap kesulitan selalu disertai kemudahan (QS al-Insyirah [94]: 5-6). Terkadang, kita harus menangis menanggung beban hidup yang berat, sebelum tersenyum dikala terlepas dari impitan. Pepatah Arab mengatakan, "Wa maa al-lazzatu illa ba'da atta'bi" (Tiada kenikmatan kecuali setelah kepayahan).
Kesengsaraan akan dialami oleh setiap insan, walaupun dalam bentuk yang berbeda-beda. Makin tinggi kualitas iman seseorang, makin berat pula cobaannya. Suatu ketika Nabi Muhammad SAW ditanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya?" Beliau menjawab, "Para nabi, lalu orang-orang saleh dan yang sesudah mereka sesuai tingkat kesalehannya. Seorang akan diberikan ujian selaras dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringankan cobaannya. Seorang mukmin akan tetap diberikan cobaan sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikit pun." (HR Turmudzi).
Nabi SAW juga mengalami cobaan yang berat. Sewaktu dalam kandungan, ia ditinggal ayahnya Abdullah. Pada usia belia, ia kehilangan Ibunda Aminah dan kakeknya, Abdul Muthalib. Ketika kaum Quraish makin semena-mena, dua penopang dak wahnya, yakni paman Abu Thalib dan istri tercinta, Siti Khadijah, wafat. Namun, dalam kesedihan itulah beliau diberi karunia besar yakni rekreasi spiritual (isra dan mi'raj) untuk menyaksikan bukti-bukti kebesaran Allah SWT. (M Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW: 2011).
Teringat, cerita seorang kawan baik yang pernah terpuruk dalam hidupnya. Setelah sarjana, ia diterima menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi di Bogor. Setelah lebih 20 tahun mengabdi, ia pun mengalami cobaan yang luar biasa. Akhirnya, ia memilih keluar dari kampus tersebut dengan kesedihan mendalam. Namun, ia menyadari bahwa setiap kejadian selalu membawa hikmah (pelajaran). Sebagaimana pesan Ilahi, "… Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui." (QS al-Baqarah [2]: 216).
Lalu, ia diterima di sebuah perguruan tinggi Islam yang lebih besar. Berkat ketekunannya, ia dipercaya menjadi salah seorang pimpinan universitas. Bahkan, tidak berselang lama, ia terpilih menjadi orang nomor satu di kampus tersebut. Bahkan, di pengujung 2021 lalu, ia meraih capaian akademik tertinggi seorang dosen, yakni guru besar.
Kisah inspiratif di atas membuktikan firman Allah SWT dalam surah Ali Imran [3]: 26. Memang, tidak ada yang bisa mencegah apa yang Allah berikan, dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Allah cegah (HR Bukhari). Cerita di atas hendak menegaskan bahwa jika kita bersyukur atas nikmat dan sabar akan derita, perjalanan hidup akan in dah pada waktunya. Allahu a'lam bissawab.